Teaching and Learning a New Algebra with Understanding
PENDAHULUAN
Aljabar merupakan
suatu sistem abstrak yang mengacu pada struktur aritmatika. Aljabar memproses skema
yang abstrak atau struktur konsepsi mengenai operasi, kesamaan dan sifat-sifat operasi
aritmatika, yang dipadukan dengan gagasan aljabar berupa variabel (Norton &
Cooper, tt. 198). Menurut
Krismanto, aljabar merupakan bahasa simbol dan relasi. Aljabar digunakan untuk
memecahkan masalah sehari-hari. Dengan bahasa simbol, dari relasi-relasi yang
muncul, masalah-masalah dipecahkan secara sederhana. Bahkan untuk hal-hal
tertentu ada algoritma-algoritma yang mudah diikuti dalam rangka memecahkan
masalah simbolik itu, yang pada saatnya nanti dikembalikan kepada masalah sehari-hari. Jadi,
belajar aljabar bukan semata-mata belajar tentang keabstrakannya melainkan
belajar tentang pemecahan masalah-masalah sehari-hari (Krismanto, 2004: 1).
Aljabar
merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai siswa, karena banyak
materi selanjutnya yang akan mudah difahami jika terlebih dahulu memahami
aljabar, sebagai contoh mata pelajaran geometri. Akan tetapi, banyak penelitian
yang memperoleh suatu kesimpulan bahwa aljabar sangat sulit untuk dipelajari
dan sulit untuk diajarkan.
Dari sisi siswa,
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam memahami aljabar adalah mengenal
lambang, variabel, konstanta, suku,
koefisien, dan bentuk aljabar (Wardhani. Sri, 2004: 11). Kesulitan siswa
dalam aljabar adalah dalam menggambarkan metode matematika formal, sebab di
sekolah dasar mereka tidak membuat secara jelas prosedur yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah aritmetika. Lebih lanjut, prosedur yang digunakan mereka
adalah metode informal yang sulit untuk disimbolkan (Warli, 2010: 5).
Oleh sebab itu,
pendidik yang bertugas mengenalkan materi aljabar harus mampu memilih strategi
belajar yang tepat agar siswa menjadi lebih faham atas kesulitan-kesulitan yang
mereka hadapi, tidak hanya faham terhadap materi tetapi faham untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan aljabar serta mampu mengaitkannya dengan kehidupan
sehari-hari, agar ilmu (aljabar) yang didapat lebih melekat di fikiran siswa.
Pembelajaran aljabar saat ini masih mengacu pada pembelajaran aljabar secara
tradisional, yaitu pembelajaran
yang
masih terfokus pada prosedur-prosedur untuk menyelesaikan
soal-soal aljabar tanpa menekankan pada pemahaman terhadap
matematika itu sendiri secara menyeluruh, pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan pengalaman
mereka atau dukungan untuk mengartikulasikan pengetahuan mereka untuk
yang
lain. Sebaliknya,
mereka hanya menghafal prosedur yang mereka tahu
sebagai operasi pada rangkaian simbol, dan tidak
meningkatkan pemahaman konsep-konsep
matematika dan penalaran yang terlibat.
(James J. Kaput,
Tanpa tahun: 2)
Berdasarkan
permasalahan tersebut di
atas, maka perlu diperhatikan bagi para tenaga pengajar untuk menanamkan kekuatan
aljabar pada tiap diri siswa, serta menciptakan suasana kelas yang memungkinkan
semua siswa untuk belajar aljabar dengan pemahaman (understanding).
PEMBAHASAN
Pemahaman
merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran matematika.
Kualitas pemahaman seseorang tentang suatu konsep menggambarkan kualitas skema
yang dimiliki oleh orang tersebut. Kebehasilan seseorang dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan matematika sangat ditentukan oleh kualitas skema yang
dimilikinya (Arnawa. I Made, 2007: 1).
Pemahaman seperti
membangun sebuah hubungan. Ketika kita menemukan beberapa pengalaman baru, ada
rasa dimana kita dapat memahaminya jika kita dapat menghubungkannya dengan pengalaman sebelumnya (Haylock, 2008: 9).
Dalam hal ini, seorang siswa dapat lebih memahami materi aljabar jika mereka
telah mampu menghubungkannya dengan pengalaman sebelumnya yaitu materi
aritmatika.
Teaching with Understanding
Pembahasan
pemahaman ini tidak hanya tertuju kepada siswa saja, namun juga pemahaman guru mengenai pengetahuan pedagogi
dan matematika. Mengajar matematika dengan pemahaman memiliki permasalahan
membantu guru bagaimana mengimplementasikan program pengajaran untuk
mengembangkan pemahaman siswa. (Tatang
herman, Tanpa tahun: 5)
Terdapat dua pengertian tentang mengajar dengan
pemahaman. Pertama, adalah penting bahwa pendidik dalam mengajar
matematika dengan cara mempromosikan suatu pemahaman, yang membantu anak-anak
untuk membuat suatu koneksi
penting. Kedua, agar dapat melakukan
hal ini guru harus memahami sendiri dengan jelas konsep-konsep matematika,
prinsip dan proses yang mereka ajarkan.
Jadi, dalam mengajar matematika tidak hanya peserta didik
yang harus memahami konsep serta proses dalam pengajaran, namun pendidik juga harus
memahami terlebih dahulu konsep yang akan diajarkan, serta proses yang akan
mereka terapkan dalam pengajaran.
Learning with
Understanding
Belajar matematika
bukan hanya sekedar mampu menyelesaikan masalah-masalah matematika tetapi
dengan belajar matematika kita mampu mengetahui kegunaan serta mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran
yang didasarkan dengan pemahaman melibatkan hubungan antara simbol matematika
dan komponen lainnya
dari pengalaman anak-anak, seperti bahasa formal matematika
dan sehari-hari, situasi konkret atau kehidupan nyata, dan
berbagai jenis gambar.
Belajar dengan pemahaman akan lebih abadi dibandingkan pembelajaran yang hanya
sekedar mampu dalam menyelesaikan soal-soal.
Dalam
memahami materi aljabar, tentunya terlebih dahulu peserta didik harus mampu
menguasai materi aritmatika. Terdapat contoh pembelajaran aritmatika yang
mengaitkan suatu pemahaman dalam proses pembelajarannya.
Contoh:
Pada
materi perkalian, guru meminta siswa untuk menemukan bilangan-bilangan yang
mungkin perkaliannya menghasilkan angka 36. Seorang murid menemukan satu solusi
yaitu 3 x 12, jika dinyatakan dalam bentuk penjumlahan yaitu 12 + 12 + 12. Guru
berkata,“dari
perkalian 3 x 12 kita mampu menemukan bilangan-bilangan lain dengan
menyederhanakan angka 12”. Kemudian siswa
lain menjawab angka 12 dapat disederhanakan menjadi 6 + 6. Jadi 12 + 12 + 12
dapat disederhanakan menjadi 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6 atau 6 x 6. Siswa lain
lagsung menjawab, 6 + 6 + 6 + 6 + 6 + 6
dapat disederhanakan menjadi 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 atau
dapat ditulis 12 x 3. Guru meminta siswa dapat menyimpulkan apa yang diperoleh
dari pernyataan-pernyataan tersebut. Bahwa, kesimpulannya adalah 3 x 12 = 12 x
3 = 36.
Contoh
di atas menyatakan bahwa proses pemahaman sangatlah penting karena dengan
pemahaman siswa akan mengingat materi tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Apabila pembelajaran difokuskan kepada pemaknaan dan pemahaman, terdapat
sejumlah konsekuensi sebagai dampak dari proses mental yang terjadi. Beberapa
konsekuensi tersebut adalah sebagai berikut: (Tatang Herman, Tanpa tahun: 2)
1)
Pemahaman
adalah generatif
Siswa
mengkonstuksi pengetahuan matematika bukannya menerima bentuk jadi dari guru
atau buku. Artinya, siswa mengkreasi representasi internal mereka dari
interaksi dunia dan membangun jaringan representasi.
2)
Pemahaman
menyokong daya ingat
Penelitian
yang dilakukan Bartlett (1932) memperjelas bahwa memori merupakan proses
konstruktif atau rekonstruktif, bukannya aktivitas pasif. Apabila informasi
yang akan diingat lebih kompleks, orang sering menstrukturnya sedemikian
sehinga menindih sesuatu yang bermakna di dalamnya. Cara seperti ini seringkali
dilakukan untuk memodifikasi informasi yang harus diingat. Informasi yang baru
oleh siswa dipadukan dengan jaringan pengetahuan yang telah ada, dan keuntungan
dari semua itu adalah koneksi pengetahuan yang terjalin akan semakin kuat
sehingga akan diingat dengan baik.
3)
Pemahaman
mengurangi jumlah yang harus diingat
Konsekuensi
dari tingkat pemahaman berkorelasi dengan tingkat daya ingat. Sesuatu yang
dipahami direpresentasi sedemikian sehingga terkait dengan suatu jaringan.
Apabila jaringan itu makin terstruktur dengan baik, maka makin gampang untuk
diingat. Memori untuk suatu bagian dari jaringan muncul melalui memori dari
jaringan yang utuh. Oleh karena itu, pemahaman dapat mereduksi jumlah item yang
harus diingat.
4)
Pemahaman
meningkatkan transfer
Transfer
adalah esensial untuk kompetensi matematika. Disebut demikian karena
permasalahan baru harus diselesaikan menggunakan strategi yang pernah
dipelajari sebelumnya. Transfer terjadi karena kebanyakan siswa meningkat
kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah karena mereka pernah mempelajari
permasalahan yang berkaitan sebelumnya.
5)
Pemahaman
mempengaruhi beliefs
Beliefs
siswa mengenai matematika khususnya aljabar dipengaruhi oleh perkembangan
pemahamannya. Dan juga dalam membangun suatu pemahaman matematika khususnya
aljabar dipengaruhi oleh beliefs siswa tentang matematika.
Secara garis
besar untuk menanamkan suatu pemahaman terhadap siswa dibutuhkan perubahan-perubahan
dalam pengajaran dan pembelajaran aljabar, perubahan-perubahan tersebut ialah (James J. Kaput, tanpa tahun:
3 )
1) pembelajaran
yang dimulai
sejak dini (sebagian,
dengan membangun pengetahuan informal
siswa),
2) menggabungkan pembelajaran aljabar dengan pembelajaran materi pelajaran lainnya (dengan memperluas dan menerapkan pengetahuan matematika),
3) meliputi berbagai bentuk pemikiran aljabar (dengan menerapkan pengetahuan matematika),
4) membangun kekuatan alami ilmu bahasa dan kognitif siswa
(mendorong mereka pada saat yang sama
untuk merefleksikan apa yang mereka
pelajari dan untuk mengartikulasikan
apa yang mereka ketahui), dan
5) mendorong pembelajaran yang aktif (dan
pembangunan hubungan) yang menempatkan
premi pada kala
membuat dan memahami.
Kegiatan
mengajar akan berjalan dengan baik jika kegiatan belajar siswa berjalan dengan
baik. Dengan demikian mengajar matematika yang efektif bergantung sepenuhnya pada bagaimana siswa
belajar. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip membelajarkan siswa dalam
matematika yang mengacu dari hasil-hasil penelitian, pengalaman, dan pemikiran
terhadap bagaimana siswa belajar matematika, tujuannya agar matematika bisa
diingat dalam jangka waktu yang lama:
1)
Melibatkan
aktivitas siswa
Prinsip ini
berlandaskan pada suatu keyakinan bahwa kegiatan belajar yang dilakukan melalui
aktivitas siswa akan mendorong siswa untuk menghayati apa yang telah mereka
lakukan sehingga akan meningkatkan pemahaman matematika. Seperti suatu pepatah:
Saya dengar maka saya lupa, saya lihat
maka saya ingat, saya lakukan maka saya mengerti.
2)
Berpijak
pada apa yang telah diketahui siswa
Matematika harus
disajikan dalan urutan dan struktur yang runtut sehingga memungkinkan dipahami
siswa dengan baik. Karena matematika juga mengandung pengetahuan konseptual dan
prosedural, maka upaya pembelajaran tidak hanya berorientasi pada kedua jenis
pengetahuan ini, namun yang penting adalah membangun pemahaman hubungan dari
keduanya. Untuk hal-hal tertentu pemahaman terhadap pengetahuan konseptual
lebih kritis. Misalnya, tidak ada gunanya bagi siswa memperkirakan jarak dalam
kilometer jika mereka tidak memahami apa itu kilometer.
3)
Terintegrasi
dengan komunikasi
Siswa harus dapat
berbicara matematika sebelum mereka diharapkan dapat mengkomunikasikan
matematika secara simbolik. Seperti halnya bicara yang harus lebih dulu lancar
sebelum menulis, berbahasa secara oral pun harus lebih dulu dikuasai siswa sebelum berbahasa dalam simbol-simbol
atau gambar matematika
4)
Teknik
bertanya menfasilitasi belajar
Bertanya merupakan
unsur yang sangat penting dalam pembelajaran. Guru perlu mengetahui dengan baik
kapan dan pertanyaan yang bagaimana yang harus diajukan kepada siswa. Guru juga
perlu mengetahui kapan merespon pertanyaan siswa atau bahkan balik bertanya
melalui pertanyaan yang mengarahkan kepada jawaban dari pertanyaan siswa itu.
Di sini guru harus terampil menggunakan strategi probing dan scaffolding. Di
lain sisi, siswa pun dapat dan harus mengajukan pertanyaan kepada siswa lain
atau kepada guru.
5)
Memanfaatkan
alat manipulatif
Penggunaan
alat peraga atau benda manipulatif dalam belajar alajabar masih sangat diperlukan terutama untuk siswa SD dan SLTP. Menurut
Suydam (1986) material manipulatif dan model berperan sangat sentral dalam
membantu siswa memahami matematika.
6)
Pengalaman
mempengaruhi kecemasan
Kecemasan terhadap
matematika disebut juga mathophobia merupakan
perasaan takut terhadap matematika atau perasaan negatif terhadap
matematika. Gejala-gejala klasik dari kecemasan terhadap matematika adalah
kemampuan matematika yang rendah, salah pengertian, dan tidak suka matematika.
Kecemasan siswa terhadap matematika
terefleksikan dalam sikap negatif dalam menghadapi matematika atau
memberikan reaksi emosional negatif terhadap matematika.
7)
Daya
ingat dapat meningkat
Ingatan perupakan aspek yang sangat
penting dalam kegiatan belajar. Sebagai contoh, ketika belajar di dalam kelas
seoarng siswa dapat membaca jam dengan baik, tetapi lupa ketika sampai di
rumah. Daya ingat siswa atau retensi siswa itu sangat terbatas dan lemah.
Retensi menunjukkan kemampuan siswa dalam menjaga sejumlah pengetahuan yang
telah ia miliki, memelihara keterampilan, dan menjaga kemampuan bertindak yang
konsisten dalam menyelesaikan permasalahan.
Aplikasi
Teaching and Learning A New Algebra with
Understanding
Materi
pada operasi aljabar sangat sulit dijelaskan jika tidak disertai dengan
pemahaman guru dan pemahaman siswa. Berikut contoh pembelajaran operasi aljabar
dengan pemahaman.
Ø Operasi
aljabar menggunakan masalah kontekstual
Kegiatan
pembelajaran diawali dengan memberikan masalah kontekstual, sebagai contoh:
Siswa
diminta untuk membuat kesimpulan dari usaha buah-buahan pak Didin selama 2
hari:
a. Hari
Minggu Pak Didin mempunyai 150 buah apel, 50 buah jeruk, dan 75 buah mangga.
b. Kemudian
hari Senin Pak Didin menambah dagangannya dengan membeli lagi 35 buah apel, 75
buah jeruk, dan 35 buah mangga.
Dengan tanya jawab guru membimbing siswa untuk
menemukan jumlah buah-buahan Pak Didin tersebut. Dapat dinyatakan dalam model
matematika sebagai berikut:
(150
apel + 50 jeruk + 75 mangga) + (35 apel + 75 jeruk + 35 mangga)
(150
apel + 35 apel) + (50 jeruk + 75 jeruk) + (75 mangga + 35 mangga)
185
apel + 125 jeruk + 110 mangga
Misalkan buah apel dilambangkan (a), buah jeruk (j),
dan buah mangga (m). sehingga didapat jumlah buah Pak Didin adalah 185a + 125j
+ 110m.
Ø Operasi
aljabar dengan media daun
Petunjuk menyelesaikan
operasi pada bentuk aljabar dengan menggunakan media daun sebagai berikut:
Misalkan menggunakan
media daun sebagai berikut:
Lambang
|
Nama
Daun
|
X
|
Daun
jambu
|
Y
|
Daun
manga
|
Z
|
Daun
jeruk
|
a.
Melakukan
Operasi Penjumlahan
1) Suku
dengan koefisien positif dilambangkan dengan daun tegak, sedangkan suku dengan
koefisien negatif dilambangkan dengan daun dalam posisi terbalik.
2) Menjumlahkan
suku sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun sejenis. Misalkan 3y
+ 2y berarti 3 daun mangga digabungkan dengan 2 daun mangga, hasilnya 5
daun mangga, artinya 3y + 2y = 5y
3) Menjumlahkan
suku sejenis tetapi berlainan posisi berarti mengurangkan. Misalkan z +
(–2z) berarti 1 daun jeruk digabungkan dengan 2 daun jeruk (posisi
terbalik), hasilnya 1 daun jeruk yang posisinya terbalik. Hal tersebut
diartikan z + (–2z) = – 1z = –z.
4) Menjumlahkan
suku tidak sejenis artinya sama dengan menggabungkan daun-daun yang sejenis.
Misalkan 3x + z + 2x + (–2z) berarti 3 daun jambu
digabungkan dengan 2 daun jambu, sedangkan 1 daun jeruk digabungkan dengan 2
daun jeruk (terbalik). Hasilnya 5 daun jambu dan 1 daun jeruk (terbalik). Ini
berarti 3x + z + 2x + (–2z) = 5x + (–z)
= 5x – z.
Pembelajaran
aljabar dengan menggunakan alat peraga atau mengaitkan dengan pengalaman siswa,
pembeljaaran akan lebih menyenangkan dan lebih mudah difahami. Jika
pembelajaran awal sudah difahami siswa maka, pembelajaran selanjutnya akan
mudah untuk dilakukan.
KESIMPULAN
Terdapat
nilai tambah yang signifikan terhadap kegiatan pembelajaran manakala siswa
belajar melalui mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan peranan penting guru
dalam memfasilitasi pengkonstruksian pengetahuan yang dilakukan siswa. Belajar yang disertai
pemahaman sangat diperlukan oleh siswa, karena pemahaman seperti membangun
sebuah hubungan, yaitu ketika kita menemukan beberapa pengalaman baru, ada rasa
dimana kita dapat memahaminya jika kita dapat menghubungkannya dengan pengalaman sebelumnya.
Namun,
pemahaman tersebut tidak hanya ditekankan untuk siswa, pengajar pun ditekankan
untuk mengerti dan memahami konsep serta proses yang akan di terapkan dalam
kelas, agar siswa dan guru saling mengerti maksud dan pengertian satu sama
lain.
Jadi,
dapat dikatakan Teaching and Learning A
New Algebra with Understanding sangat diperlukan untuk diterapkan didalam
kelas aljabar. Agar ilmu (aljabar) yang diperoleh siswa bertahan dalam memori
jangka panjang. Bukan hanya sekedar mengerti dalam kelas, kemudian lupa jika
sudah keluar dari kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Haylock.
2008. Chapter 1: Understanding Mathematics.
Herman, Tatang. Tanpa tahun. Mengajar dan Belajar Matematika dengan
Pemahaman. UPI: PMT
James J. Kaput. Teaching and Learning A New Algebra with Understanding. Darmouth:
University of Massachusetts
Juan D. Godino. Tanpa tahun. Mathematical Conceps, Their Meanings, and
Understanding. University of Granada: V.2, pp. 417-425
Krismanto, Al. 2004. Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP
Jenjang Dasar: aljabar. Yogyakarta: Depdiknas.
Wardhani, Sri. 2004. Permasalahan Kontekstual Mengenalkan Aljabar
di SMP. Yogyakarta: Depdiknas.
No comments:
Post a Comment