Tuesday, 11 June 2013

PERIODESASI DALAM FILSAFAT


PERIODESASI  DALAM FILSAFAT

         Filsafat adalah proses berfikir secara radikal, sistemika, dan universal terhadap segala yang ada dan yang ada. Dengan kata lain berfilsafat berarti berpikir secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke arah akar-akarnya), sistematika (teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak persial). Dan yang di kaji dalam filsafat adalah segala sesuatu yang ada secara keseluruhan meliputi objek material dan objek formal. Objek material filsafat ialah segala sesuatu yang menjadi masalah, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh filsafat. Objek formal ialah usaha untuk mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat. Sedangkan fungsi filsafat ialah memenuhi harapan-harapan manusia semaksimal mungkin dengan pemikiran manusia itu sendiri. Untuk manusia yang berfilsafat memiliki ciri seperti berpikir radikal, mancari asa, memburu kebenaran, mencari kejelasan dan berfikir rasional.
         Munculnya pemikiran berfilsafat tidak lepas dari peradaban Yunani. Pasalnya di negeri itulah filsafat lahir dan berkembang pesat sampai sekarang. Untuk filsuf pertama yang muncul di Yunani adalah Thales. Sedangkan faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat ialah mitos bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu pengetahuan. Untuk membedakan aliran atau memetakan filsafat maka filsafat membagi masa atau zaman menjadi beberapa masa, diantaranya :
  1. Zaman Yunani kuno
Filsafat Alam
         Filsafat alam muncul pada periode awal filsafat Yunani. Hal yang dikaji pada filsafat alam yaitu mengenai unsur induk atau arche yang dianggap merupakan asal dari segala yang ada termasuk terjadinya alam semesta ini. Pandangan filsuf pada waktu itu melahirkan satu kenyataan yang fundamental,  yang disebut monisme. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau subtansi lainnya yang tidak dapat diketahui. Diantara tokoh-tokohnya adalah Thales, Anaximender, Anaximenes, Pythagoras, Xenopanes, Parmendes, hereklitos, dan masih banyak yang lain. Dalam tokoh-tokoh tersebut timbullah kenyataan-kenyataan yang merupakan awal dari segala yang ada. Seperti Thales yang mengungkapkan bahwa dasar semua kehidupan adalah air. Air merupakan awal dari segalanya dan juga merupkan akir dari segalanya. Untuk muridnya, Anaximender berpendapat bahwa yang asal memang satu namun itu bukan air melainkan apeiron yaitu suatu yang tanpa batas (tidak dapat ditentukan dan tidak memiliki persamaan dengan salah satu benda yang ada dalm dunia). Selain itu dalam pemikirannya tak mungkin yang asal itu sama dengan substansi yang telah ada. Karena substansi memiliki sifat yang berkebalikan dengan substansi lain sehingga jika yang asali itu salah satu dari substansi itu maka substansi yang lain akan musnah. Filosof Anaximenes berkeyakinan bahwa yang menjadi sebab segala yang hidup adalah udara. Kalau udara menjadi jarang maka terjadilah api, kalau udara menjadi rapat terjadilah angin dan awan, bertambah padat sedikit lagi turun hujan dari awan itu. Dari air tersebut terjadi tanah dan dari tanah yang sangat padat akan terbentuk batu. Ketiga tokoh diatas merupakan filosof yang berasal dari miletus, sehingga mereka disebut pemilik mahzab milesian. Miletus sendiri adalah sebuah kota niaga yang makmur pada waktu itu. Pemikiran para filsuf dari miletus tersebut memberikan dasar bagi lahirnya para filsuf di kemudian hari.
         Selain ketiga tokoh tesebut terdapat Pythagoras yang berkeyakinan yang induk dari semua ini adalah bilangan dan segala sesuatu di dunia berhubungan dengan bilangan. Sehingga orang yang tahu betul tentang bilangan, dia yang akan tahu segalanya. Selain itu semuanya juga dapat diprediksi dan diukur dalam siklus beritme. Pythagoras juga merupakan seorang yang beragama atau berkepercayaan, dengan keyakinannya bahwa jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh kedunia karena dosa. Dan ia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula apabila sudah habis dicuci dosanya. Ada lagi tokoh yang bernama Hereklitos dan Parmenides. Herekllitos berkeyakinan bahwa yang asal itu satu yaitu api, dan segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti berubah, tidak ada yang tetap. Selain itu pendapat yang lain adalah tidak ada sesuatu apapun yang betul-betul berada, karena semuanya “menjadi”. Parmenides mengemukakan bahwa arche merupakan sesuatu yang bersifat tetap dan tidak berubah, serta hanya ada satu dan sesuatu yang ada itu ada.
         Dalam filsafat alam kejadian benda yang ada di bumi dan di langit bemula dari uap air yang menyelimuti bumi. Uap air yang basah menjadi kering karena perputaran bumi dan uap air yang masih basah akan menjadi laut pada bumi. Jadi, mulanya bumi ini adalah sebuah lautan. Lalu atas pengaruh Yang Panas terjadilah dari uap air yang basah makhluk yang bertingkat-tingkat. Untuk benda yang ada di langit bermula dari uap yang naik dari bumi ke atas, yang jernih nantinya akan menimbulkan api lalu dari situlah terjadi bintang-bintang.
Filsafat klasik
         Pada masa ini filsafat lebih bercorak “Antroposentris”, artinya para filsuf dalam periode ini menjadikan manusia sebagai objek pemikiran filsafat mereka. Mereka berupaya mencari jawaban tentang masalah etika (filsafat tingkaah laku) dan juga tentang hakikat manusia. Tokoh-tokoh yang tersohor dalam filsafat klasik adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles.
         Manusia ada karena untuk mencapai suatu tujuan yang di inginkan, dan salah-benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Pandangan itu sejalan dengan yang dikemukakan oleh Socrates. Selain itu Socrates juga percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri. Dan manusia pada dasarnya adalah jujur sedangkan kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal yang diucapkan oleh Socrates adalah “kenalilah dirimu”. Sedangkan doktrin politik Socrates ialah kebijakan adalah pengetahuan.
         Dunia yang ada ini adalah dunia yang penuh dengan pengalaman yang selalu berubah-ubah warna-warni. Semuanya adalah bayangan dari dunia idea atau tiruan saja. Barang-barang yang ada di dunia ini semua adalah contoh dari yang ideal di dunia idea sana. Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat, tingkat idea yang tertinggi adalah idea kebaikan, dibawahnya idea jiwa dunia yang menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni, ilmu, pendidikan, dan politik. Dalam realitas terdapat juga dunia bayang-bayang atau jasmani sselain dunia idea. Dunia ide merupakan dunia kodrati, bersifat kekal dan abadi. Namun dunia bayang-bayang merupakan penampakan, cerminan, copy, bayangan dari dunia ide. Dunia ide bersifat abadi sedangkan dunia bayang-bayang dapat mengalami kemusnahan. Pandangan diatas merupakan sedikit tentang pemikiran filsafat yang dikemukakan Plato. Mengenai pemikiran politik Plato, Plato berpendapat bahwa peraturan yang menjadi dasar untuk mengurus kepentingan umum tidak boleh di putus oleh kemauan atau pendapat rang seorang atau oeh rakyat seluruhnya. Melainkan ditentukan oleh suatu ajaran yang berdasarkan pengetahuan dengan pengertian. Oleh karena itu pemerintah harus dipimpin oleh idea yang tertinggi yaitu idea kebaikan.
         Segalanya itu berubah dan manjadi, bermacam-macam bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya. Itu sedikit pandangan realisme filsafat aristoteles. Sedangkan filsafat tentang etika sejatinya adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan. Sebagai barang yang tertinggi dalam kehidupan etika dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan. Etika yang baik atau paham yang baik akan membuat hidup manusia bermutu. Sedangkan kehidupan manusia yang bermutu harus dicari dengan bertolak dari relitas manusia sendiri.
         Untuk mengetahui makna hakiki sikap sesuatu, Aristoteles mengembangkan suatu teori pengetahuan dengan menempuh jalan atau metode abstraksi. Dengan membagi pengetahuan menjadi dua yaitu pengetahua indra dan pengetahuan budi. Pengetahuan indra bertujuan mencapai pengenalan pada hal-hal yang konkrit, yang bermacam-macam dan serba berubah. Sedangkan pengetahuan budi bertujuan mencapai pengetahuan abstrak, umum, dan tetap. Pengetahuan budi inilah yang disebut sebagai ilmu pengetahuan. Untuk filsafat politik Aristoteles berpikiran bahwa negara yang sempurna adalah negara yang dipimpin oleh seorang, sejumlah kecil orang, dan banyak orang (monarki, aristokrasi dan politia), sedangkan pemerintahan yang benar terwujud jika ketiga model pemimpin tersebut memerintah dengan memerhatikan kepentingan umum.
B.     Filsafat abad pertengahan
         Pada masa ini filsafat lebih bercorak “theosentris”, artinya para filsuf dalam periode ini menjadikan filsafat sebagai abdi agama atau filsafat diarahkan pada masalah ketuhanan. Suatu karya filsafat dinilai benar sejauh tidak menyimpang dari ajaran agama. Oleh karena itu filsafat barat abad pertengahan ini dapat disebut sebagai abad gelap, dengan menrima ajaran  gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Filsafat pertengahan ini juga sering disebut filsafat skolastik, dan dalam filsafat skolastik terdapat dua periode skolastik. Yaitu periode skolastik Islam dan periode skolastik kristen.
1.      Periode filsafat skolastik Islam (Arab)
         Filsafat dikalangan kaum muslim baru di mulai pada awal abad ke-8. Dalam khazanah islam sendiri, istilah skolastik Islam jarang dipakai. Yang sering dipakai adalah Ilmu Kalam atau filsafat Islam. Namun dalam pembahasannya kedua ilmu tersebut dibedakan. Periode skolastik Islam dapat dibedakan kedalam empat masa, yaitu :
a.       Periode kalam pertama
         Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok Khawarij, Qadariyah, Jabariyah, Mu’tazilah, dan Ahli sunnah(kelompok Mutakalimin). Dalam kaitannya dalam filsafat, aliran yang paling menonjol adalah Mu’tazilah yang dimotori oleh Wasil Bin Atha yang dianggap sebagai rasionalisme Islam. Mu’tazilah memberi konsep-konsep dan ajarannya berkenaan dengan masalah Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu :
·    Keesaan Tuhan ( al- Tauhid)
·    Kebebasan kehendak ( al-iradah)
·    Keadilan Tuhan (al ‘adalah)
·    Posisi tengah (al-manzilah bain al-manzilatain)
·    Amar ma’ruf nahi munkar
b.      Periode filsafat pertama
         Periode ini ditandai dengan munculnya ilmuan dan ahli-ahli dalam berbagai bidang yang menaruh perhatian terhadap filsafat Aristoteles. Filsuf-filsuf yang muncul di kawasan timur seperti Al-Kindi (806-873 M), Al-Razi (865-925 M), Al-Farabi (870-950 M), dan Ibnu Sina (980-1037 M). Beberapa pemikiran filsuf-filsuf tersebut seperti falsafah yang paling mulia adalah falsafah tentang ketuhanan, falsafah tidak boleh diajarkan kepada orang awam secara menyeluruh, falsafah dan agama tidak bertentanganmelainkan sama-sama membawa kepada kebenaran. Semua yang ada berasal dari pemancaran Tuhan yang menjadi akal pertama sampai akal kesepuluh.

c.       Periode kalam kedua
Periode ini dimulai dengan munculnya tokoh-tokoh kalam seperti Al-Ghazali dan Al-Asyari.
d.      Periode filsafat kedua
         Tokoh-tokohnya adalah Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd. Para ahli pikir Islam sebagaian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, plato dan Al-Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat.
2.   Periode filsafat skolastik kristen
Masa skolastik awal (abad 9-12 M)
         Masa ini merupakan kebangkitan pemikiran filsafat pada abad pertengahan. Pada saat itu persoalan pemikiran yang ditonjolkan adalah hubungan antara rasio dengan wahyu. Hubungan antara keduanya dirumuskan dengan semboyan “saya percaya supaya mengerti”. Maksudnya adalah bahwa orang yang mempunyai kepercayaan agama akan lebih mengerti segala sesuatunya. Jadi agamalah yang diutamakan dalam filsafatnya, tapi tidak mengingkari kemampuan rasio.
Masa skolastik keemasan
         Tokoh pada masa ini yang paling terkenal adalah Albertus Magnus dan Thomas Aquinus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masa skolastik mencapai keemasan, yaitu :
·      Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusd, Ibnu Sina sehingga sejak abad ke-12 hingga abad ke-13 ilmu pengetahuan telah tumbuh luas.
·      Tahun 1200 M didirikan Universitas Almamater di Prancis yang merupakan gabungan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater ini sebagai embrio berdirinya universitas di paris seperti Oxford, Cambridg, dan lainnya.
·      Berdirinya ordo-ordo kaena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan. Hal tersebut berpengaruh tehadap kehidupan kerohanian saat kebanyakan tokoh-tokoh memegang peranan di bidang filsafat dan teologi. Tokoh-tokoh kritiani seperti Magnus dan Thomas Rusd sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusd karena mereka menganggap semua itu merupakan pencemaran bagi filsafat Aristoteles.
Masa skolstik akhir
         Pada masa ini muncul kemalasan dalam berpikir dalam diri filsafati, sehingga menyebabkan kemunduran pemikiran filsafat skolastik kristen. Walaupun demikian masih muncul tokoh yang terkenal pada masa itu yaitu Nicolous Cusanus. Menurutnya ada tiga cara untuk mengenal sesuatu yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad yang sifatnya tidak sempurna, dengan akal kita mendapat bentuk-bentuk pengertian yang abstrak, dalam intuisi kita mendapat pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Dengan intuisi  inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan dimana segala sesuatu menjadi larut, yaitu Tuhan.
A.    Filsafat modern
         Dalam filsafat madern, para fisuf menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, kebenaran pasti berasal dari rasio. Sebaliknya, aliran empirisme meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin maupun yang indrawi. Lalu muncu aliran kritusme yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu. Dalam filsafat modern ini terdapat banyak aliran diantaranya adalah aliran rasionalisme, empirisme, kritisme, idealisme, matrelisme, renaissance dan masih banyak yang lain. Tokoh-tokohnya diantaranya thomas hobbes, john locke, karl marx, da masih banyak yang lain.

No comments:

Post a Comment