Surah
Al Hasyr ayat 18
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qà)®?$#
©!$#
öÝàZtFø9ur
Ó§øÿtR
$¨B
ôMtB£s%
7tóÏ9
( (#qà)¨?$#ur
©!$#
4 ¨bÎ)
©!$#
7Î7yz
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
ÇÊÑÈ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
·
Ma’ani Al
Mufrodat
يَٰٓأَيُّهَا
: hai
|
ٱلَّذِينَ
: orang-orang yang
|
ءَامَنُوا۟
: beriman
|
ٱتَّقُوا۟
: bertaqwalah
|
ٱللَّهَ
: Allah
|
وَلْتَنظُرْ :
dan hendaklah memperhatikan
|
نَفْسٌ
: jiwa/diri/seseorang
|
مَّا
: apa
|
قَدَّمَتْ
: yang telah perbuat
|
لِغَدٍ
: untuk hari esok
|
وَٱتَّقُوا۟
: dan bertaqwalah
|
ٱللَّهَ
: Allah
|
إِنَّ
: sesungguhnya
|
ٱللَّهَ
: Allah
|
خَبِيرٌۢ
: Maha Mengetahui
|
بِمَا
: terhadap apa-apa
|
تَعْمَلُونَ
: kamu mengerjakan
|
Dalam tafsir jalalain, ayat tersebut di tafsirkan:
(Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok) yakni untuk menghadapi hari kiamat (dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan).[1]
Ibnu katsir berkata tentang tafsir surah al hasyr ayat18 :
” أي حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وانظروا
ماذا ادخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم وعرضكم على ربكم
“.
Yaitu, hendaklah kalian menghitung-hitung diri kalian sebelum
kalian dihisab (pada hari kiamat), dan perhatikan apa yang telah kalian
persiapkan berupa amal kebaikan sebagai bekal kembali dan menghadap kepada Rabb
kalian[2].
Penggalan ayat Waltanzhur nafsun maa qaddamat lighadin,
“dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah ia perbuat (di masa lalu) untuk
hari esok”. Dalam Tafsir at-Thabary dijabarkan : dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah
diperbuatnya untuk hari Kiamat. Apakah kebajikan yang akan menyelamatkannya,
atau kejahatan yang akan menjerumuskannya?[3]
Surah Al ‘Ankabut ayat 2
||=Å¡ymr&
â¨$¨Z9$#
br&
(#þqä.uøIã
br&
(#þqä9qà)t
$¨YtB#uä
öNèdur
w
tbqãZtFøÿã
ÇËÈ
Artinya : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
·
Ma’ani Al
Mufrodat
أَحَسِبَ
: apakah mengira
|
ٱلنَّاسُ
: manusia
|
أَن
: bahwa
|
يُتْرَكُوٓا۟
: mereka ditinggalkan/ dibiarkan
|
أَن
: bahwa
|
يَقُولُوٓا۟
: mereka mengatakan
|
ءَامَنَّا
: kami telah beriman
|
وَهُمْ
: dan/ sedang mereka
|
لَا
: tidak
|
يُفْتَنُونَ
: mereka akan di uji
|
Tafsir Kementrian Agama RI
Pada ayat ini, Allah bertanya kepada
Manusia yang telah mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat syahadat bahwa
apakah mereka akan dibiarkan begitu saja mengakui keimanan tersebut tanpa lebih
dahulu di uji? Tidak, malah setiap orang beriman harus di uji terlebih dahulu,
sehingga dapat diketahui sampai dimanakan mereka bersabar dan tahan menerima
ujian tersebut.
Ujian yang mesti mereka tempuh itu
bermacam – macam.Umpamanya perintah berhijrah (meninggalkan kampung halaman
demi menyelematkan keyakinan dan iman), berjihad di jalan Allah, mengendalikan
syahwat, menjalankan tugas – tugas dalam rangka taat kepada Allah, dan berbagai
macam musibah seperti kehilangan anggota keluarga, dan hawa panas yang kering
menyebabkan tumbuh-tumbuhan mati kekeringan.Semua cobaan itu dimaksudkan untuk
menguji siapakah diantara yang sungguh-sungguh beriman dengan ikhlas dan siapa
pula yang berjiwa munafik.Juga bertujuan untuk mengetahui apakah mereka
termasuk orang yang kokoh pendiriannya atau orang yang masih bimbang dan ragu
sehingga iman mereka rapuh.
Dari paparan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa setiap orang yang mengaku beriman tidak akan tercapai hakikat
iman yang sebenarnya sebelum ia menempuh berbagai macam ujian. Ujian itu bisa
berupa kewajiban dalam memanfaatkan harta benda, hijrah, jihad di jalan Allah,
membayar zakat kepada fakir miskin, menolong orang yang sedang mengalami
kesusahan dan kesulitan, dan bisa juga beura musibah[4]
Tafsir al-Maragi
Apakah para sahabatmu yang selamat
dari penganiayaan kaum musyrikin itu mengira Kami akan membiarkan mereka tanpa
diberi ujian dan cobaan, hanya karena mereka mengatakan, “ kami telah beriman
kepadamu dan membenarkan terhadap apa yang kamu bawa kepada kami sisi Allah.”
Sekali-kali tidak! Sungguh kami akan menguji mereka dengan taklif-taklif yang
menyusahkan, seperti melakukan hijrah, berjihad di jalan Allah, menolak
berbagai syahwat, melaksanakan tugas-tugas ketaan, menanggung berbagai musibah
yang berkenan dengan jiwa, harta serta buah-buahan, agar dapat dibedakan antara
orang –orang yang ikhlas dengan orang-orang munafik, antara orang-orang yang
teguh memegang agama dengan orang –orang yang masih goncang, dan kami akan
membalasi masing-masing sessuai dengan tindakan amalnya.
Tafsir jalalain
(Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan saja mengatakan) mengenai ucapan mereka yang mengatakan, ("Kami
telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi?) diuji lebih dulu
dengan hal-hal yang akan menampakkan hakikat keimanan mereka. Ayat ini
diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang masuk Islam, kemudian mereka
disiksa oleh orang-orang musyrik.
Hadis terkait ayat tersebut
Diriwayatkan oleh Khabbab bin al-Aratt bahwa ia
berkata, “ kami mengadukan kepada Rosulullah yang dalam keadaan tidur
beralaskan sorban di sisi ka’bah, kami mengatakan (bahwa kami menderita
berbagai macam siksaan berat dari kaum musyrikin). Apakah kamu tidak akan
menolong kami wahai rasulullah, dengan cara engkau berdo’a untuk keselamatan
kami dari siksaan tersebut? Rasulullah menjawab, “ orang – orang sebelum kamu
juga mengalami seperti ini, bahkan lebih hebat lagi. Seseorang yang karena
keimanannya kuat membaja kepada Allah ia di huku, digali lubang husus untuk
dirinya. Diletakan gergaji diatas kepalanya.Kemudian gergaji itu diturunkan
perlahan-perlahan, sehingga tubuh orang itu terbelah menjadi dua.Adapula yang
tubuhnya disisir dengan sisir besi runcing yang sudah dipanaskan. Namun mereka
tidak mau mundur dari keyakinan agamanya,. Demi Allah agama ini akan ku tegakan
juga, sehingga amanlah musafir yang sedang berjalan dari sana’a ke hadra maut.
Mereka tidak takut kecuali hanya kepada Allah, walaupun serigala-serigal
mengelilingi binatang ternaknya.Tetapi kamu ingin cepat berhasil.” (HR.
Bukhari)
Asbabun Nuzul
Ibnu ‘Abbas, Ibnu Jarir, Ibnu Munzir
dan Syabi meriwayatkan bahwa sebagian penduduk mekah telah memilih Islam
sebagai pegangan hidup. Para sahabat yang berada di madinah menulis surat bahwa
kebajikan sahabat yang ada di mekah itu tidak akan diterima sehingga mereka
hijrah. Para sahabat dimekahpun berhijrah, namun mereka di susul kaum musyrikin
dan dibawa kembali ke mekah. Maka turunlah ayat ini kemudian para sahabat di
madinah mengirim surat kembali yang menegaskan hijran dan hambatannya adalah
ujian keimanan bagi mereka (H.R. Ibnu Sa’ad).
Muqatil meriwayatkan pula bahwa ayat
ini dituturunkan kepada seorang sahabat yang bernama Mihja’ maula Umar Ibnu
Khattab.Dialah orang yang pertama mati syahid dimedan perang Badar. Seorang
anggota musuh bernama Amir bin al-Hadrami berhasil menombak Mihja dengan tombak
beracun. Setelah mengetahui wafatnya Mihja sebagai suhada pertama hari itu,
Rasulullah segera menyatakan bahwa pemimpin syuhada adaalh Mihja.Berita
wafatnya Mihja segera di terima oleh kedua orang tuanya dengan hati sedih dan
pilu, begitu pula istrinya tercinta.Untuk menghibur keluarga Mihja yang
ditinggalkannya Allah menurunkan ayat diatas[5].
Relevansi Ayat Terhadap Evaluasi Pendidikan
Didalam pendidikan evaluasi
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana
kemajuan yang telah peserta didik capai, agar sebagai seorang pendidik bisa
mengetahui apa yang harus dilakukan dan metode apa yang seharusnya di berikan
kepada anak didik tersebut. Karena sebagai mana ayat diatas untuk mengetahui
tingkat keimanan seorang manusia apakan ia mempunyai iman yang kuat ataukah
masih terombang- ambing, maka perlu ada suatu ujian yang diberikan kepada orang
tersebut. Bagaima seorang murid bisa disebut cerdas atau pintar tanpa ada tes
atau ujian yang diberikan.
Sudah menjadi suantullah bahwa
setiap orang yang beriman belum bisa mencapai hakikat iman yang sebenarnya,
kecuali setelah lulus dalam menempuh cobaan-cobaan dan ujian – ujian yang
diberikan oleh Allah swt. Semakin tinggi tingkat kesabaran ketika menanggung
cobaan tersebut semakin besar pula kemenangan dan ganjaran yang diperolehnya.
Namun sebelum
adanya suatu evaluasi atau ujian dalam pendidikan, seorang murid harus
mempersiapkan matang-matang semuanya termasuk mengenai materi yang akan di
ujikan atau di evaluasikan nantinya. Jika persiapan itu matang dan di lakukan
dengan benar maka ujiannya akan terasa ringan untuk dijalani atau dikerjakan dan
hasilnya pun kemungkinan besar nanti pasti akan memuaskan. Sebaliknya jika
persiapan itu tidak maksimal atau bahkan tidak ada persiapan kemungkinan besar pasti
dalam ujian akan kesulitan dan hasilnya mengecewakan.
Semua itu sebetulnya
sama seperti hakekat surat yang pertama di atas, jika kita tidak ada persiapan
di dunia ini pasti dalam menghadapi
ujian akan terasa berat. Dan parahnya lagi kita bisa salah arah untuk
menghadapi ujian tersebut karena ilmu atau persiapan kita kurang dalam hal
agama. Yang akhirnya penyesalan akan datang di akhirat nanti.
Bab 3
Penutup
kesimpulan
Semua manusia
pasti akan mengalami yang namanya cobaan, baik itu dalam dunia pendidikan
ataupun dalam hal agama. Dan ujian itu pasti beragam, setiap orang akan
berbeda-beda merasakannya. Oleh sebab itu setiap orang harus melakukan yang
namanya persiapan bekal baik itu dalam hal agama ataupun dalam dunia
pendidikan. Agama persiapan yang di lakukan salah satunya dengan mencari ilmu
agama dan mengamalkannya, atau dengan yang lainnya. Kalau pendidikan khususnya
murid persiapan yang dilakukan salah satunya dengan belajar.
Semua itu untuk
mencari yang namanya hasil yang memuaskan atau membahagiakan nantinya. Semua
orang pasti akan merasakan hasil dari semua yang di jalani baik dalam agama
atau pendidikan. Dan yang paling bahagia adalah manusia yang persiapannya
matang maka hasilnya juga akan membahagiakan. Namun manusia yang paling celaka
adalah manusia yang tidak mau mempersiakan semuanya untuk masa depan, maka
hasilnya pun akan mengecewakan. Kecewa
pasti datangnya di akhir, tidak mungkin di depan.
Daftar Pustaka
Aplikasi-Terjemah
tafsir jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat – myface.blogspot.com
http://abusalma.wordpress.com/2009/12/18/tahun-baru-dan-muhasabah/#more-975
Musthofa,
Ahmad.1993. Terjemah Tafsir Al-Maragi 20.Semarang: CV Toha Putra
Semarang.
Kementerian
Agama RI.2010. Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 7 Juz 19-20-21. Jakarta:
Kementrian Agama RI.
wipras.wordpress.com/2012/03/22/al-hasyr-18-dan-time-management-sebuah-kajian-tafsir/
[1]
Aplikasi-Terjemah tafsir jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat –
myface.blogspot.com
[2]http://abusalma.wordpress.com/2009/12/18/tahun-baru-dan-muhasabah/#more-975
[3]wipras.wordpress.com/2012/03/22/al-hasyr-18-dan-time-management-sebuah-kajian-tafsir/
[4]Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan tafsirnya
Jilid 7 Juz 19-20-21. Jakarta: Kementrian Agama RI. Hlm 357-358
No comments:
Post a Comment