Monday 17 February 2014

Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada materi bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik bab 1 latar belakang



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pesantren merupakan lembaga tradisional diluar sekolah yang menjadi tempat santri (murid) dalam mencari ilmu agama. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang keberadaannya masih eksis hingga kini memiliki  fungsi-fungsi dalam dunia pendidikan Indonesia khususnya Islam. Azyumardi Azra mengatakan tiga fungsi tradisional yang dimiliki pesantren, yaitu: pertama, transmisi ilmu dan transfer ilmu Islam; kedua, pemeliharaan tradisi Islam; dan ketiga, reproduksi ulama[1]. Setidaknya ketiga hal itu mutlak harus ada dalam institusi sebuah pesantren yang merupakan tempat pembelajaran agama dan tradisi Islam.
Dalam pembelajaran di pondok pesantren kita telah mengenal berbagai macam metode pembelajaran. Salah satunya yaitu metode sorogan. Metode  ini biasa dianggap sangat statis dalam menerjemahkan kitab kuning yang biasa dipelajari di pesantren salaf ke dalam bahasa Jawa.
Sorogan sendiri berasal dari kata sorog (bahasa Jawa) yang berarti menyodorkan. Disebut demikian karena setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau pembantunya (badal,asisten kyai)[2]. Bisa diartikan metode sorogan  ini lebih menitikberatkan pada pengembangan  perseorangan (individu), dibawah bimbingan seorang  kyai atau ustadz karena santri menghadap kyai atau badal satu per satu.
Metode sorogan memiliki banyak kelebihan. Metode sorogan lebih efektif dari metode-metode yang lain dalam dunia pesantren. Dengan cara santri menghadap kyai atau guru secara individual untuk menerima pelajaran secara langsung. Kemampuan santri dapat terkontrol oleh kyai atau guru[3]. Dengan metode ini memungkinkan bagi seorang guru (ustadz atau kyai) untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid/santri dalam menguasai pelajaran.
Walaupun metode sorogan memiliki banyak kelebihan namun belum banyak sekolah yang menerapkan metode tradisional asli Indonesia ini apalagi dalam pembelajaran matematika. Oleh sebab itu, peneliti ingin mencoba menggunakan metode sorogan dalam pembelajaran matematika di sekolah formal.
Sebelum menerapkan metode sorogan dalam pembelajaran matematika di sekolah, perlu adanya solusi untuk mengatasi kelemahan dari metode ini sendiri. Kelemahan metode sorogan adalah tentang waktu, metode sorogan memerlukan waktu yang lebih banyak dari metode-metode yang lainnya. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti memadukan metode sorogan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dalam model kooperatif tipe Jigsaw ada kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok ahli inilah yang nantinya akan berperan sebagai badal atau asisten kyai. Sebagai kontrol dalam pembelajaran kooperatif agar kelas tetap kondusif dan pembelajaran berjalan sesuai rencana maka peneliti juga menggunakan metode team teaching dengan 2 guru.
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti memberi judul penelitian ini yaitu “Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada materi bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik”.


[1] Ilham Sidik, ORIENTASI KURIKULUM PESANTREN(Studi Kasus Kurikulum Pesantren Hidayatullah Malang), skripsi. ( Jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, 2007), h. abstrak
[2] Mujamil Qomar,Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi(Jakarta: Erlangga), h.20
[3] Ibid., h.143




bersambung

No comments:

Post a Comment