Thursday 26 March 2015

Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada materi bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik bab 2 I. Kriteria Kelayakan Perangkat Pembelajaran



I.       Kriteria Kelayakan Perangkat Pembelajaran
1.      Validitas Perangkat Pembelajaran
Dalam kamus bahasa Indonesia kata valid memiliki arti yaitu menurut cara yang semestinya, berlaku, atau sahih[1]. Perangkat dikatakan valid jika perangkat yang dibuat sesuai dengan kriteria valid menurut validator.
Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, maka seorang guru perlu membuat perangkat pembelajaran yang benar-benar baik atau valid. Dalyana menyatakan bahwa sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran hendaknya perangkat pembelajaran telah mempunyai status "valid". Selanjutnya dijelaskan bahwa idealnya seorang pengembang perangkat pembelajaran perlu melakukan pemeriksaan ulang kepada para ahli (validator), khususnya mengenai; (a) Ketepatan Isi;  (b) Materi Pembelajaran; (c) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran; (d) Desain fisik dan lain-lain. Dengan demikian, suatu perangkat pembelajaran dikatakan valid (baik/layak), apabila telah dinilai baik oleh para ahli (validator)[2].
 Sebagai pedoman, penilaian para validator terhadap perangkat pembelajaran mencakup kebenaran substansi, kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa, kesesuaian dengan prinsip utama, karakteristik dan langkah-langkah strategi. Kebenaran substansi dan kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa ini mengacu pada indikator yang mencakup format, bahasa, ilustrasi dan isi yang disesuaikan dengan pemikiran siswa. Untuk setiap indikator tersebut dibagi lagi ke dalam sub-sub indikator sebagai berikut[3] :
a.       Indikator format Perangkat Pembelajaran, terdiri atas :
1)      Kejelasan pembagian materi
2)      Penomoran
3)      Kemenarikan
4)      Keseimbangan antara teks dan ilustrasi
5)      Jenis dan ukuran huruf
6)      Pengaturan ruang
7)      Kesesuaian ukuran fisik dengan siswa
b.      Indikator bahasa, terdiri atas :
1)      Kebenaran tata bahasa
2)      Kesesuaian kalimat dengan tingkat perkembangan berpikir dan kemampuan membaca siswa
3)      Arahan untuk membaca sumber lain
4)      Kejelasan definisi tiap terminologi
5)      Kesederhanaan strukur kalimat
6)      Kejelasan petunjuk dan arahan
c.       Indikator tentang ilustrasi, terdiri atas :
1)      Dukungan ilustrasi untuk memperjelas konsep
2)      Keterkaitan langsung dengan konsep yang dibahas
3)      Kejelasan
4)      Mudah untuk dipahami
5)      Ketidakbiasan atas gender
d.      Indikator isi, terdiri atas :
1)      Kebenaran Isi
2)      Bagian-bagiannya tersusun secara logis
3)      Kesesuaian dengan GBPP
4)      Memuat semua informasi penting yang terkait
5)      Hubungan dengan materi sebelumnya
6)      Kesesuaian dengan pola pikir siswa
7)      Memuat latihan yang berhubungan dengan konsep yang ditemukan
8)      Tidak terfokus pada stereotip tertentu (etnis, jenis kelamin, agama, dan kelas sosial)
Sedangkan indikator kesesuaian perangkat pembelajaran yang disusun dengan prinsip utama, karakteristik dan langkah-langkah strategi yang digunakan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
Selanjutnya dengan mengacu pada indikator-indikator diatas dan dengan memperhatikan indikator-indikator pada lembar validasi yang telah dikembangkan oleh para pengembang sebelumnya, ditentukan indikator-indikator dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa, dan lembar kerja siswa (LKS) sebagai berikut :
a.       Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana yang berisi prosedur/ langkah-langkah kegiatan guru dan siswa yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Agar guru dapat membuat RPP yang efektif, dituntut untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip dan prosedur pengembangan, serta cara mengukur efektifitas pelaksanaannya dalam pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan apa yang dilakukan dalam pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran yakni, kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian[4]. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi siswa; materi standar berfungsi memberi makna terhadap kompetensi dasar; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi siswa; sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi standar belum tercapai.
RPP memiliki komponen-komponen antara lain : tujuan pembelajaran, langkah-langkah yang memuat pendekatan/strategi, waktu, kegiatan pembelajaran, metode sajian, dan bahasa. Kegiatan pembelajaran mempunyai sub-komponen yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
Indikator  validasi perangkat pembelajaran tentang RPP pada penelitian ini adalah:
1.      Tujuan Pembelajaran
Komponen-komponen tujuan pembelajan dalam menyusun RPP meliputi :
a)  Menuliskan kompetensi dasar
b)  Ketepatan penjabaran dari kompetensi dasar ke indikator
c)  Ketepatan penjabaran dari indikator ke tujuan pembelajaran
d)  Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran
e)  Operasional rumusan tujuan pembelajaran
2.      Langkah-Langkah Pembelajaran
Komponen-komponen langkah pembelajaran yang disajikan dalam menyusun RPP meliputi:
a)      Model kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching yang dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran
b)      Langkah-langkah Model kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching ditulis lengkap dalam RPP
c)      Langkah-langkah dalam karakteristik memuat urutan kegiatan pembelajaran yang logis
d)     Langkah-langkah memuat dengan jelas peran guru dan peran siswa
e)      Langkah-langkah dalam karakteristik dapat dilaksanakan guru
3.      Waktu
Komponen-komponen waktu yang disajikan dalam menyusun RPP meliputi:
a)      Pembagian waktu setiap kegiatan/langkah dinyatakan dengan jelas
b)      Kesesuaian waktu setiap langkah/ kegiatan
4.      Perangkat Pembelajaran
Komponen-komponen perangkat yang disajikan dalam menyusun RPP meliputi:
a)      LKS menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran
b)      Buku siswa yang dikembangkan dan dipilih menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran
c)      Buku siswa, LKS, media diskenariokan penggunaannya dalam RPP
5.      Metode Sajian
Komponen metode sajian dalam menyusun RPP meliputi:
a)      Sebelum menyajikan konsep baru, sajian dikaitkan dengan konsep yang telah dimiliki siswa
b)      Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
c)      Guru mengecek pemahaman siswa
d)     Memberikan kemudahan terlaksananya KBM yang inovatif
6.      Bahasa
Komponen bahasa dalam menyusun RPP meliputi:
a)      Menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
b)      Ketepatan struktur kalimat
b.      Buku Siswa
Buku siswa adalah suatu buku (teks) yang berisi materi pelajaran berupa konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang akan dikonstruksi siswa melalui masalah-masalah yang ada di dalamnya. Buku siswa dapat digunakan siswa sebagai sarana penunjang untuk kelancaran kegiatan belajarnya di kelas maupun di rumah. Oleh karena itu, buku siswa diupayakan dapat memberi kemudahan bagi guru dan siswa dalam mengembangkan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika.
Indikator validasi buku siswa dalam penelitian ini meliputi:
1.      Komponen Kelayakan Isi
a.       Cakupan materi
1)        Keluasan materi
2)        Kedalaman materi
b.      Akurasi materi
1)        Akurasi fakta
2)        Akurasi konsep sesuai dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching
3)        Akurasi prosedur / metode sesuai dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching
4)        Akurasi teori
c.       Kemutakhiran
1)        Kesesuaian dengan perkembangan ilmu
2)        Keterkinian / ketermasaan fitur (contoh-contoh)
3)        Kutipan termassa (up to date)
4)        Satuan yang digunakan adalah satuan System Internasional (SI)
d.      Merangsang keingintahuan (curiosity)
1)        Menumbuhkan rasa ingin tahu
2)        Memberi tantangan untuk belajar lebih jauh
e.       Operasional rumusan tujuan pembelajaran
1)        Mengembangkan kecakapan personal sesuai dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching
2)        Mengembangkan kecakapan sosial sesuai dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching
3)        Mengembangkan kecakapan akademik
2.      Komponen Kebahasaan
a.       Sesuai dengan perkembangan peserta didik
1)        Kesesuaian dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik
2)        Kesesuaian dengan tingkat perkembangan sosial emosional peserta didik
b.      Komunikatif
1)        Keterpahaman peserta didik terhadap pesan
2)        Kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan
c.       Dialogis dan interaktif
1)        Dorongan berpikir kritis pada peserta didik
d.      Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar
1)        Ketepatan tata bahasa
2)        Ketepatan ejaan
3.      Komponen Penyajian
a.       Teknik penyajian
1)        Konsistensi sistematika sajian dalam bab
2)        Kelogisan penyajian
3)        Keruntutan konsep
4)        Hubungan antar fakta, antar konsep, dan antara prinsip, serta antar teori
5)        Keseimbangan antar bab dan keseimbangan substansi antar sub-bab dalam bab
6)        Kesesuaian/ ketepatan ilustrasi dengan materi dalam bab
7)        Identitas gambar
b.      Penyajian pembelajaran
1)        Berpusat pada peserta didik
2)        Keterlibatan peserta didik
3)        Keterjalinan komunikasi interaktif
4)        Kesesuaian dan karakteristik mata pelajaran
5)        Kemampuan merangsang kedalaman berpikir peserta didik
6)        Kemampuan memunculkan umpan balik untuk evaluasi diri
c.       LKS
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berisi masalah dari buku siswa. LKS yang baik akan dapat menuntun siswa dalam mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip, atau prosedur-prosedur matematika sesuai dengan materi yang dipelajarai. Dalam LKS disediakan pula tempat bagi siswa untuk menyelesaikan masalah/soal. LKS disusun untuk memberi kemudahan bagi guru dalam mengakomodasi tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda. Penggunaan LKS dapat pula memudahkan guru mengelola kelas dan pembelajaran di kelas akan berpusat kepada siswa.
Adapun indikator validasi LKS meliputi :
1.      Aspek Petunjuk
a)        Petunjuk dinyatakan dengan jelas
b)        Mencantumkan tujuan pembelajaran
2.      Kelayakan Isi
a)        Akurasi fakta
b)        Kebenaran konsep
c)        Kesesuaian dengan perkembangan ilmu
d)       Menumbuhkan kreativitas
e)        Menumbuhkan rasa ingin tahu
f)         Mengembangkan kecakapan personal
g)        Mengembangkan kecakapan sosial
h)        Mendorong untuk mencari informasi lebih lanjut
3.      Prosedur
a)        Urutan kerja siswa
b)        Keterbacaan/ bahasa dari prosedur
4.      Fisik
a)        Kejelasan cetakan
Dalam penelitan ini, perangkat dikatakan valid jika interval skor pada semua rata-rata nilai yang diberikan para ahli berada pada kategori "sangat valid" atau "valid". Apabila terdapat skor yang kurang baik atau tidak baik, akan digunakan sebagai masukan untuk merevisi/ menyempurnakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
2.      Efektivitas Perangkat Pembelajaran
Efektivitas perangkat pembelajaran adalah seberapa besar pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan mencapai indikator-indikator efektivitas pembelajaran. Slavin (dalam Ike Agustinus) menyatakan bahwa terdapat empat indikator dalam menentukan keefektifan pembelajaran, yaitu[5] :
a.       Kualitas Pembelajaran
Artinya banyaknya informasi atau ketrampilan yang disajikan sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan mudah
b.      Kesesuaian Tingkat Pembelajaran
Artinya sejauh mana guru memastikan kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru
c.       Insentif
Artinya seberapa besar usaha guru memotivasi siswa mengerjakan tugas belajar dari materi pelajaran yang disampaikan. Semakin besar motivasi yang diberikan guru kepada siswa maka keaktifan semakin besar pula, dengan demikian pembelajaran semakin efektif.
d.      Waktu
Artinya lamanya waktu yang diberikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang diberikan. Pembelajaran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan pembelajaran sesuai waktu yang diberikan.
Selanjutnya Kemp (dalam Dalyana) mengemukakan bahwa untuk mengukur efektivitas hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan menghitung seberapa banyak siswa yang telah mencapai tujuan pembelajaran dalam waktu yang telah ditentukan. Pencapaian tujuan pembelajaran tersebut dapat terlihat dari hasil tes sumatif siswa, sikap dan reaksi (respon) guru maupun siswa terhadap program pembelajaran[6].
Eggen dan Kauchak (dalam Dalyana), menyatakan bahwa suatu pembelajaran akan efektif bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan pengetahuan, melainkan meningkatkan ketrampilan berpikir. Dengan demikian dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif[7].
Dalam penelitian ini, peneliti mendefinisikan efektivitas pembelajaran didasarkan pada empat indikator, yaitu segala aktivitas yang dilakukan oleh siswa, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran dan hasil belajar siswa. Masing-masing indikator tersebut diulas lebih detail sebagai berikut :
a.       Aktivitas Siswa
Menurut Chaplin aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan organisme secara mental atau fisik[8]. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam aktivitas siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut[9]:
1)      Visual activites, seperti membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi  percobaan pekerjaan orang lain.
2)      Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3)      Listening activites, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4)      Writing activities, seperti menulis: cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5)      Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6)      Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi model, bermain, berkebun, berternak.
7)      Mental activites, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8)      Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

b.      Keterlaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan pembelajaran direalisasikan[10].  Oleh karena itu, keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP menjadi penting untuk dilakukan secara maksimal, untuk membuat siswa terlibat aktif , baik mental, fisik maupun sosialnya dan proses pembentukan kompetensi menjadi efektif.
c.       Respon Siswa
 Respon siswa adalah reaksi atau tanggapan yang ditunjukkan siswa dalam proses belajar. Bimo menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mengetahui respon seseorang terhadap sesuatu adalah dengan menggunakan angket, karena angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden (orang yang ingin diselidiki) untuk mengetahui fakta-fakta atau opini-opini[11].
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching, dengan aspek-aspek  sebagai berikut:
1) Ketertarikan terhadap komponen (respon senang/tidak senang)
2) Keterkinian terhadap komponen (respon baru/tidak baru)
3) Minat terhadap pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching
4) Pendapat positif tentang buku siswa
5) Pendapat positif tentang LKS
d.      Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, dimana siswa memperoleh hasil dari suatu interaksi tindakan belajar. Di awali dengan siswa mengalami proses belajar, mancapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar, yang semua itu mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik[12].
Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti dalam angka rapor, atau angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, yang merupakan transfer belajar[13].
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah proses belajar baik berupa tingkah laku, pengetahuan, dan sikap. Dalam lembaga pendidikan sekolah, hasil belajar dikumpulkan dalam bentuk rapor, ijazah, atau lainnya.
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan guru dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu[14] :
1)      Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced Assesment), adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil belajar siswa lain di kelompoknya.
2)      Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced Assesment), adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya, suatu hasil yang harus dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru. 
Penilaian hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) dimana siswa harus mencapai standar ketuntasan minimal. Standar ketuntasan minimal tersebut telah ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan prestasi siswa yang dianggap berhasil.  Siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar siswa telah mencapai skor tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dan siswa tersebut dapat dikatakan telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
3.      Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Menurut Nieveen (dalam Ermawati), karakteristik produk pendidikan yang memiliki kualitas kepraktisan yang tinggi apabila ahli dan guru mempertimbangkan produk itu dapat digunakan dan realitanya menunjukkan bahwa mudah bagi guru dan siswa untuk menggunakan produk tersebut. Hal ini berarti terdapat konsistensi antara harapan dengan pertimbangan dan harapan dengan operasional. Apabila kedua konsistensi tersebut tercapai, maka produk hasil pengembangan dapat dikatakan praktis[15].
Kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini didasarkan pada penilaian para ahli (validator) dengan cara mengisi lembar validasi masing-masing perangkat pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi beberapa aspek, yaitu :
1.      Dapat digunakan tanpa revisi
2.      Dapat digunakan dengan sedikit revisi
3.      Dapat digunakan dengan banyak revisi
4.      Tidak dapat digunakan
Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika validator mengatakan perangkat tersebut dapat digunakan dengan sedikit atau tanpa revisi.
bersambung

[1]   Lihat di http://www.KamusBahasaIndonesia.org. Diakses pada 03 Oktober 2013
[2] Dalyana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Ralistik pada Pokok Bahasan Perbandingan di Kelas II SLTP. Tesis.(Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya, 2004), h.71
[3] Ibid., h.72
[4] Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2007), h.213
[5] Ike Agustinus P, Efektivitas Pembelajaran Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Induktif dengan Pendekatan Beach Ball pada Materi Jajargenjang di SMPN 1 Bojonegoro, Skripsi. (Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Surabaya, 2008), h.13
[6] Dalyana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Ralistik pada Pokok Bahasan Perbandingan di Kelas II SLTP..., h.74
[7]   Ibid., h.73
[8]  J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.9
[9] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.100-101
[10] Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.255-256
[11] Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 1986), h.65
[12] Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.(Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2008), h.22
[13]   Dimyati,Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Rineka Cipta, 2002), h.3-4
[14] Ign Masidjo. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. (Yogyakarta: Kanisisus, 1995), h.160
[15] Ermawati,Pengembangan Perangkat Pembelajaran Belah Ketupat dengan pendekatan Kontekstual dan memperhatikan tahap Berpikir Deometri model van hieele. Skripsi,(Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Surabaya, 2007), h.25