Sunday 26 May 2013

NILAI KEJUJURAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

NILAI KEJUJURAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN
2.1 Kejujuran
          kejujuran merupakan sikap apa adanya atau perkataan yang sesuai dengan kebenaran dan kenyataan. Sikap seseorang bisa menunjukkan karakter orang tersebut . orang yang suka jujur dia akan bersikap apa adanya di depan siapa saja. Dan juga perkataan orang yang jujur sesuai dengan fakta tanpa ada tambahan, sehingga perkataan-perkataannya dapat dipercaya.
Dalam kehidupan kita sehari-hari sikap jujur sangatlah berperan penting bagi setiap individu yang ingin bahagia dan di hormati orang. Karena dengan sikap jujur, kita akan merasa tenang dan tidak di bebani rasa penyesalan dan bersalah karena kebohongan yang hakikatnya membawa kita dalam dunia penuh dengan kegelisahan. Selain itu dengan jujur akan banyak orang yang percaya kepada kita, senang, dan akan menimbulkan suasana yang nyaman dimanapun kita berada. Jadi, sikap jujur merupakan sebuah tuntutan atau kewajban kita dalam kehidupan bermasyarakat.
            Allah SWT telah membagi manusia menjadi dua kelompok, yaitu orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang sengsara. Dia menjadikan orang-orang yang berahagia itu dari golongan orang-orang yang suka berkata benar dan membenarkan, sedangkan orang-orang yang celaka itu dari golongan orang-orang yang suka berdusta dan mendustakan. Jadi kebahagiaan itu berbaur bersama kebenaran dan kepercayaan,sedangkan kepercayaan lekat dengan dusta dan mendusakan1. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70-71 yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar. 2

2.2 Dunia pendidikan
         Sebelum kita mendalami pendidikan lebih dalam, kita perlu tahu terlebih dahulu apa itu pendidikan. “Pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun ruhaninya untuk mencapa tingkat dewasa”(Amir,1973)2.  Seseorang sebelum mencapai kedewasaan terlebih dahulu harus melewati fase yang akan membantu membentuk diri seseorang dari segi rohani maupun jasmaninya. Fase itu adalah fase pendidikan yang nantinya dalam proses pendidikan tersebut karakter seseorang akan terbentuk sesuai dengan proses yang dialaminya.
         Dunia pendidikan juga merupakan dunia yang menjadi wahana untuk mencari ilmu dan berlatih, sebelum seorang anak terjun dalam kehidupan yang nyata. Ilmu sangatlah berguna menghadapi kehidupan nantinya, tanpa ilmu hidup akan terombang-ambing oleh keadaan. Sebab itu, ilmu dapat dikatakan sebagai tongkat untuk berjalan dalam mengarungi hidup ini. Selain ilmu yang kita peroleh dari pendidikan adalah proses berlatih untuk memperoleh pengalaman-pengalaman, akan banyak pengalaman yang kita peroleh baik itu dari guru, buku, teman, maupun lingkungan pendidikan itu sendiri. Pengalaman akan memudahkan kita dalam menjalani hidup dan mencari solusi-solusi dari masalah kehidupan.
         Sedikitnya ada empat rumusan tujuan pendidikan di Indonesia4, yaitu:
1.      Menurut UU No. 4 tahun 1950 bab II pasal 3 tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
2.      Dalam ketetapan MPRS no.II tahun 1960, tujuan pendidikan ialah mendidik anak kearah terbentuknya manusia yang berjiwa pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur material dan spiritual.
3.   Menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila, penetapan Presiden no.19 tahun 1965  tujuan
      pendidikan    adalah  melahirkan warganegara- warganegara sosialis Indonesia yang susila, yang
      bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual
      maupun material dan berjiwa pancasila.
4.        Dalam ketetapan MPRS no.XXVII tahun 1966 tujuan pendidikan ialah membentuk manusia Pancasialis sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar 1945.
         Untuk mewujudkan tujuan tersebut terdapat 4 unsur pokok yang ada di dalam dunia pendidikan. Pertama adalah pihak yang terdidik atau obyek pendidikan, yang termasuk dalam kelompok ini adalah mahasiswa dan siswa sekolah. Kedua, pihak pendidik atau yang memberi dan menyalurkan ilmu kepada murid. Tugas ini dipikul oleh dosen dan guru. Ketiga, lembaga pendidikan yang mengatur dan menjalankan operasional pendidikan formal. Yang termasuk disini ialah sekolah-sekolah, baik swasta maupn negeri termasuk perguruan tinggi. Yang keempat adalah pemerintah, peran pemerintah disini dipegang oleh depdiknas dan depag yang memberi kebijakan masalah dana dan peraturan atau kebijakan dalam pendidikan.
          Dalam pendidikan itu sendiri terdapat beberapa aspek yang perlu dicermati. Aspek yang sangat fundamental dan penting adalah pendidikan moral. Pendidikan moral akan membawa kita kepada akhlak yang sesuai dengan norma, dan nantinya akan memudahkan kita diterima ditengah-tengah masyarakat. Bagaimanapun pandainya seseorang, bagaimanapun tinggi pangkatnya seseorang tanpa dilandasi dengan moral atau akhlak yang baik dan budi pekerti yang luhur semuanya hanya akan membawa malapetaka. Oleh karena itu pendidikan moral merupakan dasar yang yang fundamental dalam pendidikan.
          Namun pendidikan moral sekarang hanya dipakai sebagai formalitas dalam proses pendidikan, bukan dipahami secara menyeluruh. Sehingga banyak orang yang tahu atau mengerti tentang nilai-nilai kebaikan tapi tidak bisa untuk melaksankan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Akibatnya sekarang ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran norma yang terjadi di Negara ini.
2.3 Kejujuran dalam dunia pendidikan Indonesia
          Di era modern seperti ini, sungguh mahal harga sebuah kejujuran. Dimana pun kebohongan dan kecurangan bisa ditemukan. Ini merupakan fenomena yang menyedihkan bagi bangsa Indonesia, dimana negeri ini sedang membutuhkan pemimpin-pemipin dan masyarakat yang jujur untuk memperbaiki nasib bangsa. Namun harapan untuk memperbaiki nasib bangsa khususnya moral kejujuran bangsa memerlukan waktu yang panjang. Pasalnya di dunia pendidikan sendiri yang notabenya adalah tempat generasi muda di didik dan di bina masih sering ditemukan kecurangan-kecurangan dan kebohongan-kebohongan.
          Dalam empat unsur yang ada di dalam pendidikan yaitu pihak terdidik, pihak pendidik, lembaga pendidikan, dan pemerintah saja sering ditemukan ketidakjujuran. Ini merupakan aib bagi dunia pendidikan Indonesia. Kita akan membahas ketidakjujuran tersebut pada tiap-tiap unsur.
2.3.1 Pihak terdidik
          Pihak terdidik atau murid merupakan korban dari sebuah tali rantai ketidakjujuran yang diwariskan dari system yang ada. System mengajarkan kepada mereka bahwa jujur dalam era sekarang tidaklah begitu penting. Yang terpenting adalah nilai yang ada di ijazah nantinya. Dengan paradigma seperti ini, murid atau mahisiswa bukannya mengejar ilmu melainkan mengejar sebuah nilai. Dengan kata lain mereka diperbudak oleh nilai, hal seperti ini sudah tidak bisa di elakkan lagi.
       UAN merupakan contoh yang sudah menjadi rahasia umum. Di dalam UAN, bekerja sama atau mendapat kunci jawaban sebelum ujian dimulai sudah merupakan hal yang biasa. Hal itu senada dengan yang dipaparkan seorang murid Jakarta dalam ujian tahun kemarin. Murid tersebut menceritakan bahwa dia mensinyalir terjadi kebocoran soal UAN dikarenakan ujian yang baru berjalan sekitar 30 menit namun teman-temannya sudah selesai mengerjakan terutama siswa aki-laki.5 Dimana hal itu bisa terjadi, hanya dengan 30 menit, soal yang ada di dalam UAN bias terselesaikan. Itu merupakan hal yang sulit terjadi jika dalam keadaan yang wajar.
          kecurangan atau ketidakjujuran tidak saja dilakukan oleh siswa pada level bawah bahkan mahasiswa pascasarjana pun ada yang melakukannya. Tesis yang dibuat mahasiswa pascasarjana bahkan disertasi tidak ditulis oleh yang bersangkutan, melainkan meminta bantuan kepada orang yang menjual jasa untuk membuat tesis dan disertasi dengan memberi imbalan tertentu. Oleh karena itu, akhir-akhir ini kita mendengar orang yang tidak pernah mengambil program pendidikan, sehari-hari bekerja di kantor seperti biasa, dan tidak pernah berbicara tentang tesis atau disertasi ternyata mereka telah dinyatakan lulus ujian tesis atau disetasi sehingga berhak menyandang gelar akademiknya.6
2.3.2 pihak pendidik
            Guru atau pihak pendidik merupakan teladan bagi murid, oleh sebab itu guru hendaknya memberikan contoh yang terbaik untuk muridnya. Dalam buku sosiologi pendidikan disebutkan “kesalahan guru menurut pepatah akan diperlihatkan murid dalam bentuk yang lebih mendalam”. 7  Oleh karena itu untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah, butuh persiapan yang matang kalau tidak ingin salah jalan dan menyebabkan anak didik tersesat dalam kecurangan.
            Sikap guru yang bisa menyesatkan murid, seprti saat seorang guru melaksanakan ujian harian. Biasanya guru melakukan pengawasan yang ketat, hal itu secara tidak langsung para siswa sudah di perlakukan sebagai pihak yang tidak jujur. Orang yang sedang dipercaya biasanya akan menjaga kepercayaan itu. Sebaliknya, orang yang tidak dipercaya akan menyesuaikan diri dengan label yang diberikan kepadanya.
              Sikap guru sendiri yang mencerminkan ketidakjujuran adalah ketika guru memberikan nilai kepada murid secara tidak obyektif. Dengan berbagai alasan guru bisa melakukan hal tersebut.  Padahal itu merugikan murid dan memberi contoh kepada murid, agar murid bersifat tidak jujur. Selain itu ketidakjujuran guru juga diperihatkan saat UAN, banyak guru yang membantu anak didiknya waktu ujian berlangsung. Itu secara tidak langsung memberi suatu pelajaran buruk kepada murid.
2.3.3 Lembaga pendidikan
            Lembaga pendidikan merupakan pihak yang menjalankan pendidikan dalam  keseharian. Semua yang ada sangkut pautnya dengan proses belajar di lakukan disini. Generasi - generasi penerus bangsa juga di  bina  disini, oleh sebab
itu lembaga pendidikan  merupakan  senjata terdepan untuk membangun bangsa.
            Walaupun demikian lembaga pendidikan atau sekolah sekarang juga tak lepas dari kecurangan dan kebohongan. Transparasi dalam pengelolaan keuangan yang tak tertata rapi, yang menjadi lahan untuk berbuat curang banyak terjadi di sekolah-sekolah. Kepala sekolah sendiri yang merupakan pemimpin dari sebuah lembaga pendidikan juga tak jarang memberikan contoh yang kurang baik. Seperti yang terjadi pada salah satu SMA yang ada di Deli Serdang Sumatra Utara, kepala sekolah SMA tersebut dijadikan sebagai tersangka dalam kasus kecurangan UAN bersama 16 guru. Penetapan tersebut dilakukan setelah densus 88 memergoki mereka membetulkan jawaban siswa.8 Itu hanya satu contoh kecurangan yang di lakukan dalam lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah.
2.3.4 Pemerintah
            Kebijakan tentang pendidikan merupakan produk dari pemerintah, pemerintahh disini diwakili oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Kebijakan tentang dana sekolah yang kabarnya 20 % dari APBN, kebijakan kurikulum, dan kenaikan gaji guru semuanya keputusan dari pemerintah. Karena itu pemerintah merupakan sentral dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
            Melihat pentingnya pemerintah sudah selayaknya pemerintah di isi oleh orang-orang yang berjiwa besar dan sosialis, tidak hanya mementingkan kepentingan pribadi atau golongan. Namun kenyataanya tidak semua orang yang duduk di Depdiknas berjiwa besar. Walaupun mereka juga pernah merasakan di didik dalam dunia pendidikan. Itulah contoh nyata bahwa pendidikan pada usia dini berpengaruh terhadap kehidupannya kelak.
Ketidakjujuran dalam pemerintah dapat dilihat dari banyaknya kasus korupsi yang menimpa Depdiknas. Salah satu kasusnya adalah kasus yang menimpa Depdiknas pada tahun 2008 kemarin, korupsi  tersebut diperkirakan merugikan  Negara  sebesar  68  miliar   rupiah.  Kasus   tersebut   terkait  dengan pengadaan program pelaksanaan ICLG, pengadaan buku-buku modul, blanko ijazah, SKHUN, dan pengadaan SIM. 9
            Sungguh memperhatinkan melihat pejabat-pejabat di jajaran Depdiknas terlibat kasus tersebut. padahal merekajuga merupakan contoh nyata dari hasil produk pendidikan Indonesia.
            Melihat unsur-unsur pendidikan yang sarat dengan ketidakjujuran kita turut prihatin. Apa dan dimana letak kesalahan dunia pendidikan Indonesia ini. Mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, pejabat pemerintah semuanya tak luput dari kebohongan. Ini semua bagaikan mata rantai yang tak putus, dimulai sejak siswa seorang sudah di bentuk watak dan karakternya. Kemudian setelah menjadi guru, kepala sekolah, pemerintah, atau profesi yang lain semua watak tersebut ibawa. Termasuk watak atau sikap tentang ketidakjujuran yang diterima dari proses pendidikan yang ada.




1Sa’id Abdul Azhim, jujur modal kebahagian dan keselamatan dunia akhirat(Jakarta: Pustaka Azzam, 2005) 12.
2Ibid.,11.
3Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan(Surabaya: Usaha Nasional, 1973), 27.
4Ibid., 78.
5http://adijm.multiply.com/journal/item/298/kecurangan UAN Keresahan Siswa dan Orang Tua.
6http://www.imamsuprayogo.com/viewd_artikel.php?pg=235.
7Prof. Dr. S. Nasution M.A., Sosiolgi Pendidikan(Bandung: Jemmars, 1983), 155.
8http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/24/21443699/densus.88.tangkap.16.guru.dan.seorang.kepsek.
9http://www.kilasberita.com/kb-news/kilas-indonesia/6707/-korupsi-depdiknas-rugikan-negara-rp-68-m.


                                                                                                                                                     ruddi,desember 2009