Sunday 29 May 2016

Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada materi bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik bab 2 K. Materi Bilangan

A.       Materi Bilangan
Berdasarkan Kurikulum yang ada, Standar kompetensi materi pokok bilangan adalah memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Adapun kompetensi dasar yang harus dicapai adalah melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan. Materi yang di bahas pada pokok bahasan bilangan dalam penelitian ini adalah:
1.      Sifat-Sifat Penjumlahan pada Bilangan Bulat[1]
a.       Sifat tertutup
Bila ada a dan b bilangan bulat maka a + b juga bilangan bulat.
Contoh :
–16 + 25 = 9
–16 dan 25 merupakan bilangan bulat.
9 juga merupakan bilangan bulat
b.      Sifat komutatif
Untuk setiap a dan b bilangan bulat, berlaku:
a + b = b + a
Contoh :
1.    6 + 5 = 5 + 6 = 11                 2.  (–7) + 4 = 4 + (–7) = –3
c.       Mempunyai unsur identitas/netral
Untuk setiap a bilangan bulat, berlaku :
a + 0 = 0 + a = a
Contoh :
1.    8 + 0 = 0 + 8 = 8
2.    (-3) + 0 = 0 + (-3) = -3
d.      Sifat asosiatif
Untuk setiap a, b, dan c bilangan bulat, berlaku :
( a + b ) + c = a + ( b + c )
Contoh :
(4 + (–5)) + 6 = –1 + 6
      = 5
4 + ((–5) + 6) = 4 + 1
                                          = 5
Jadi, (4 + (–5)) + 6 = 4 + ((–5) + 6).
e.       Mempunyai invers (lawannya)
Untuk setiap a bilangan bulat selain 0, berlaku :
a + -a) = 0
Contoh :
2 lawannya -2, sehingga 2 + (-2) = 0
2.      Sifat-Sifat Perkalian pada Bilangan Bulat[2]
a.       Bersifat tertutup
Bila a dan b bilangan bulat maka a x b juga bilangan bulat 
Contoh :
(-3) x 2 = -6 . -3, 2, dan -6 adalah bilangan bulat
b.      Bersifat komutatif
Untuk setiap a dan b bilangan bulat, berlaku:
a x b = b x a
Contoh :
1.      (-4) x 5 = - 20              2.   2 x 3 = 6
5 x (-4) = - 20                    3 x 2 = 6
c.       Memiliki unsur identitas/netral
Untuk setiap a bilangan  bulat, berlaku :
a x 1 = 1 x a = a
Contoh :
     2 x 1 = 2                           1 x 2 = 2
     1 x (-3) = -3                      (-3) x 1 = -3
     Jadi, bilangan bulat 1 merupakan unsur identitas perkalian
d.      Sifat asosiatif
Untuk setiap a, b, dan c bilangan bulat, berlaku :
( a x b ) x c = a x ( b x c )
Contoh :
(2 x (-3)) x (-1) = (-6) x (-1) = 6
2 x ((-3) x (-1)) = 2 x 3 = 6
Jadi, (2 x (-3)) x (-1) = 2 x ((-3) x (-1))
e.       Sifar distributif perkalian terhadap penjumlahan
Untuk setiap a, b, dan c bilangan bulat, berlaku :
a x ( b + c ) = ( a x b ) + ( a x c )
Contoh :
1.    2 x (4 + 5) = (2 x 4) + (2 x 5) =8 + 10 = 18
2.     3 x (5 + (-2)) = (3 x 5) + (3 x (-2)) = 15 + (-6) = 9
f.       Sifar distributif perkalian terhadap pengurangan
Untuk setiap a, b, dan c bilangan bulat, berlaku :
a x ( b - c ) = ( a x b ) - ( a x c )
Contoh :
1.    2 x (4 - 5) = (2 x 4) - (2 x 5) =8 - 10 = -2
2.    3 x (5 - (-2)) = (3 x 5) - (3 x (-2)) = 15 - (-6) = 21
3.      Mengubah Bentuk Pecahan[3]
a.       Mengubah bentuk pecahan murni menjadi pecahan desimal
Mengubah pecahan murni menjadi pecahan desimal ada dua cara, yaitu :
1.    Ubahlah penyebut pecahan menjadi 10, 100, 1000, . . . . . .

Contoh :
i)         
ii)       
iii)     
2.    Membagi dengan cara bersusun
Contoh :
Nyatakan    ke bentuk desimal sampai dua angka di belakang koma !
Jawab :
Coba bagilah 2 dengan pembagi 3 secara bersusun! Dari pembagian bersusun tersebut, akan didapatkan   
b.      Mengubah bentuk pecahan desimal menjadi pecahan murni
Mengubah pecahan desimal menjadi pecahan murni dapat dilakukan dengan memperhatikan banyak angka dibelakang koma, yaitu :
a.    Jika 1 angka di belakang koma, berarti pecahan persepuluh;
b.    Jika 2 angka di belakang koma, berarti pecahan perseratus; dan seterusnya.
Contoh :
i)         
ii)       
iii)     
c.       Mengubah bentuk pecahan murni menjadi pecahan campuran
Mengubah pecahan murni menjadi pecahan campuran bisa dilakukan jika pembilang lebih besar dari penyebut. Cara mengubahnya bisa dengan membagi pembilang dan penyebut secara bersusun. 
Contoh :
Ubahlah  menjadi pecahan campuran !
Jawab :
Coba lakukan pembagian bersusun antara pembilang dengan penyebut (35 : 4)!
  → 8 merupakan hasil pembagian dan 3 sisa dari pembagian.
d.      Mengubah bentuk pecahan campuran menjadi pecahan murni
Bentuk pecahan campuran  dengan r ≠ 0 dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa .
Contoh :
 
e.       Mengubah bentuk pecahan murni menjadi persen
Cara mengubah pecahan murni ke bentuk persen adalah dengan mengalikan pecahan yang akan dibuat persen dengan 100%, kemudian menentukan pecahan senilaiyang paling sederhana.


Contoh :
i)         
ii)       
iii)     
f.       Mengubah bentuk persen menjadi pecahan murni
Cara mengubah persen ke bentuk pecahan murni adalah dengan mengubah bilangan yang akan dirubah ke pecahan murni menjadi perseratus, kemudian dari bentuk perseratus tersebut disederhanakan ke bentuk pecahan murni yang lebih sederhana.
Contoh :
i)         
ii)       
iii)     
g.      Mengubah bentuk pecahan murni menjadi permil
Pecahan murni dapat dijadikan ke bentuk permil dengan cara mengubah pecahan semula menjadi pecahan senilai dengan penyebut 1.000 atau dengan mengalikan pecahan tersebut dengan 1000 ‰.
Contoh :
a.     
b.      =  
h.      Mengubah bentuk permil menjadi pecahan murni
Bentuk permil dapat diubah ke bentuk pecahan murni dengan cara menyederhanakan pecahan tersebut.
Contoh :
40  =


bersambung

[1] Dewi Nuharini, Tri Wahyuni, Matematika Konsep Dan Aplikasinya 1(Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen pendidikan nasional, 2008), h.10-11
[2] Ibid., h.16-17
[3] Ibid., 50-55

No comments:

Post a Comment