Thursday, 30 June 2016

Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada materi bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik BAB 4 Deskripsi Dan Analisis Data. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran, B. Deskripsi Hasil Tahap Pendefinisian ( Define )

BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A.    Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Model pengembangan tersebut mengacu pada model 4-D yang terdiri dari 4 tahap, namun dalam penelitian ini dibatasi hingga 3 tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), dan tahap pengembangan (development). Dalam tiap tahapan tersebut terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan. Rincian waktu dan kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Rincian Waktu dan Kegiatan Pengembangan Model Pembelajaran

No
Hari/Tanggal
Nama Kegiatan
Hasil yang Diperoleh
1
Mei  2013
Analisis Awal-Akhir
Mengetahui masalah dalam pembelajaran matematika yang selama ini ada di MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik melalui diskusi dengan guru mata pelajaran, melakukan kajian terhadap model-model pembelajaran dan metode pembelajaran
2
17 Juni 2013
Analisis Siswa
Mengobservasi aktivitas siswa dan mengetahui karakteristik siswa kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik melalui diskusi dengan guru mata pelajaran
3
21 Juni 2013
77
 
Analisis Materi
Mengidentifikasi konsep-konsep tentang bilangan khususnya sifat-sifat penjumlahan dan perkalian bilangan bulat serta mengubah bentuk bilangan pecahan ke bentuk bilangan pecahan yang lain
Analisis Tugas
Merumuskan tugas-tugas yang akan dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran pada materi bilangan
Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa materi bilangan
4
24 Juni 2013
Pemilihan Media
Menemukan media yang tepat dan sesuai dengan model pembelajaran kooperatif  pada materi bilangan
Pemilihan Format
Menentukan bagaimana bentuk perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, buku siswa dan LKS
5
25 Juni - 10 Juli 2013
Desain Awal
Menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, buku siswa dan LKS  (Draft I) beserta instrumen penelitian.
6
11- 29 Juli  2013
Validasi Perangkat Pembelajaran
Mengetahui penilaian dosen pembimbing dan validator terhadap perangkat yang dikembangkan peneliti
7
16 – 22 Agustus 2013
Revisi I
Melakukan perbaikan (revisi) berdasarkan penilaian, saran, dan hasil konsultasi dengan dosen pembimbing dan validator (menghasilkan draft II)
8
Jum’at, 23 Agustus 2013
Simulasi
Melakukan latihan awal sebelum uji coba untuk mencocokkan waktu
9
24 - 31 Agustus 2013
Uji Coba Terbatas
-      Menguji cobakan perangkat pembelajaran dengan obyek penelitian siswa kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik
-      Memperoleh data mengenai aktivitas siswa, aktivitas guru, keterlaksanaan RPP, respon siswa, hasil belajar siswa
10
 27 agustus -11 September 2013
Revisi II
Melakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran berdasarkan hasil uji coba menghasilkan draft III
Penulisan Laporan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran
Menghasilkan skripsi dengan judul "Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dengan Metode Sorogan dan Team Teaching  pada pokok bahasan bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik"

B.     Deskripsi Hasil Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan tahap pendefinisian adalah menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Tahap pendefinisian terdiri dari 5 langkah yaitu:
a.  Analisis Awal-Akhir
Analisis awal akhir dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang menjadi latar belakang dari permasalahan. Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap kurikulum matematika yang berlaku dan digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah tempat penelitian, dan teori belajar yang relevan.
Setelah melakukan observasi di MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik dan melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran matematika, peneliti memperoleh beberapa informasi, diantaranya siswa kelas VII terbiasa belajar secara pasif. Hal ini terjadi karena selama pembelajaran berlangsung waktu di MI atau setelah masuk MTs, guru lebih banyak mengajar di depan kelas, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Begitu pula ketika siswa diberikan tugas atau soal latihan. Siswa akan meniru cara penyelesaian seperti yang dilakukan oleh guru. Selain itu, sikap saling menolong atau diskusi antar siswa dalam pelajaran tidak muncul. Hal ini menyebabkan sikap sosial atau kepedulian antar siswa kurang berkembang, dan akhirnya jarak antara siswa yang pandai dan kurang pandai akan lebih jauh.
Berdasarkan analisis awal akhir ini maka peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching sebagai cara untuk membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran matematika, sehingga diskusi antar siswa akan lebih terlihat. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi kelas VII yaitu materi bilangan yang dikhususkan pada  sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat, sifat-sifat perkalian bilangan bulat, dan mengubah bentuk pecahan.
Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching, maka diperlukan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan prinsip tersebut. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan perangkat pembelajaran pada pokok bahasan bilangan untuk kelas VII MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
b. Analisis Siswa
Siswa yang dianalisis dalam uji coba pengembangan perangkat pembelajaran adalah siswa kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik. Analisis yang dilakukan adalah menganalisis tingkat kemampuan dan pengalaman siswa, baik secara kelompok maupun individu.
Tingkat kemampuan siswa kelas VII B MTs Nurul Jadid Gresik yang rata-rata berusia 12-13 tahun. Menurut Piaget, pada usia ini kemampuan berpikir anak telah memasuki stadium operasional formal. Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkrit. Anak mempunyai kemampuan berpikir abstrak, karena itu pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan pada jenjang SMP[1].
Pengalaman siswa saat di MI, bahwa mereka telah mengenal materi bilangan, bilangan bulat, bilangan pecahan, operasi dalam bilangan, dan sifat-sifat dasar bilangan bulat, dimana semua itu merupakan materi prasyarat untuk mempelajari materi yang dibahas pada penelitian ini, yaitu materi bilangan dengan mengambil sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat, sifat-sifat perkalian bilangan bulat, dan mengubah bentuk pecahan.
Sedangkan pengalaman dan kemampuan siswa dalam diskusi kelompok atau kerja sama dengan temannya untuk menyelesaikan masalah sangat kurang. Ini dikarenakan pada saat di MI mereka mendapat pelajaran dari guru mereka di kelas secara konvensional. Oleh karena itu pembelajaran dengan model kooperatif sangatlah perlu diperkenalkan pada siswa kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik.
c. Analisis Konsep
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan  analisis awal-akhir. Berdasarkan kurikulum yang ada untuk kelas VII semester ganjil maka diperoleh analisis pokok bahasan bilangan dengan sub pokok bahasan sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat, sifat-sifat perkalian bilangan bulat, dan mengubah bentuk pecahan yang disajikan pada bagan 4.1 sebagai berikut :
Bagan 4.1
Analisis Konsep Sifat-Sifat Penjumlahan dan Perkalian Bilangan Bulat serta Bilangan Pecahan

Flowchart: Predefined Process: Bilangan Pokok Bahasan : Bilangan
 
















Keterangan :        
                                                                
= pokok bahasan               
= sub pokok bahasan       
= sub sub pokok bahasan
= terdiri atas
Catatan :
Bagan diatas hanya mengilustrasikan materi yang berhubungan dengan penelitian
d. Analisis Tugas
Berdasarkan analisis konsep dan disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif  tipe Jigsaw yang telah dikembangkan dengan metode sorogan dan team teaching, maka kegiatan pada analisis tugas adalah siswa mendiskusikan LKS sesuai dengan spesifikasi materi yang didapat masing-masing siswa dalam kelompok ahli. Nantinya setiap siswa akan membuat peta konsep saat berada dalam kelompok ahli, dan dengan peta konsep itu siswa akan menjelaskan materi yang dipelajari dalam kelompok ahli kepada temannya dalam kelompok asal. Siswa dalam kelompok asal yang menerima peta konsep akan menjelaskan kembali isi peta konsep kepada teman yang memberi peta konsep.
Pada pertemuan pertama, yang mendapat LKS kode A mendiskusikan sifat tertutup, sifat komutatif dan unsur identitas dalam penjumlahan bilangan bulat. Sedangkan yang mendapat kode B mendiskusikan sifat asosiatif dan invers dalam penjumlahan bilangan bulat. Pertemuan kedua,  yang mendapat LKS kode A mendiskusikan sifat tertutup, sifat komutatif, dan sifat asosiatif dalam perkalian bilangan bulat. Sedangkan yang mendapat LKS kode B mendiskusikan unsur identitas dan sifat distributif dalam perkalian bilangan bulat. Pertemuan ketiga,  yang mendapat LKS kode A mendiskusikan merubah bentuk pecahan murni menjadi desimal, desimal menjadi pecahan murni, pecahan murni menjadi permil, dan permil menjadi pecahan murni. Sedangkan yang mendapat LKS kode B mendiskusikan merubah bentuk pecahan murni menjadi pecahan campuran, pecahan campuran menjadi pecahan murni, pecahan murni menjadi persen, dan persen menjadi pecahan murni.
e. Spesifikasi tujuan pembelajaran
Spesifikasi tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversi tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang dinyatakan dengan tingkah laku (indikator). Indikator pencapaian hasil belajar tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
pertemuan 1
1.      Siswa dapat menjelaskan sifat tertutup pada penjumlahan bilangan bulat dengan bahasa sendiri
2.      Siswa dapat menjelaskan sifat komutatif pada penjumlahan bilangan bulat dengan bahasa sendiri
3.      Siswa dapat menggunakan sifat komutatif penjumlahan dalam menyelesaikan masalah
4.      Siswa dapat menjelaskan sifat assosiatif pada penjumlahan bilangan bulat dengan bahasa sendiri
5.      Siswa dapat menggunakan sifat assosiatif penjumlahan dalam menyelesaikan masalah
6.      Siswa dapat menjelaskan unsur identitas pada penjumlahan bilangan bulat dengan bahasa sendiri
7.      Siswa dapat menjelaskan invers pada  penjumlahan bilangan bulat dengan bahasa sendiri
Pertemuan 2
1.      Siswa dapat menjelaskan sifat tertutup pada perkalian bilangan bulat dengan bahasa sendiri
2.      Siswa dapat menjelaskan sifat tertutup pada perkalian bilangan bulat dengan bahasa sendiri
3.      Siswa dapat menggunakan sifat komutatif perkalian untuk menyelesaikan masalah
4.      Siswa dapat menjelaskan sifat assosiatif pada perkalian bilangan bulat dengan bahasa sendiri
5.      Siswa dapat menggunakan sifat assosiatif perkalian untuk menyelesaikan masalah
6.      Siswa dapat menjelaskan unsur identitas pada perkalian bilangan bulat dengan bahasa sendiri
7.      Siswa dapat menjelaskan  sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan bilangan bulat dengan bahasa sendiri
8.      Siswa dapat menggunakan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan untuk menyelesaikan masalah
9.      Siswa dapat menjelaskan sifat distributif perkalian terhadap pengurangan bilangan bulat dengan bahasa sendiri
10.  Siswa dapat menggunakan sifat distributif perkalian terhadap pengurangan untuk menyelesaikan masalah
Pertemuan 3
1.      Siswa dapat menjelaskan cara mengubah bentuk pecahan murni menjadi pecahan desimal dengan bahasa sendiri
2.      Siswa dapat menjelaskan cara mengubah bentuk pecahan desimal menjadi pecahan murni dengan bahasa sendiri
3.      Siswa dapat menjelaskan cara mengubah bentuk pecahan murni menjadi pecahan campuran dengan bahasa sendiri
4.      Siswa dapat menjelaskan cara mengubah bentuk pecahan campuran menjadi pecahan murni dengan bahasa sendiri
5.      Siswa dapat menjelaskan cara mengubah bentuk pecahan murni menjadi persen dengan bahasa sendiri
6.      Siswa dapat menjelaskan cara mengubah bentuk persen menjadi pecahan murni dengan bahasa sendiri
7.      Siswa dapat menjelaskan cara mengubah bentuk pecahan murni menjadi permil dengan bahasa sendiri
8.      Siswa dapat menjelaskan cara mengubah bentuk permil menjadi pecahan murni dengan bahasa sendiri

bersambung...



[1] Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),  h.53

No comments:

Post a Comment