Thursday, 19 June 2014

Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada materi bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik bab 2 C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw



C.       Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal[1]. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Ada beberapa tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu[2] :
  1. Tahap pertama, pengelompokan siswa (kelompok asal).
Tahap pertama siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana banyaknya anggota disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari. Pengelompokan berdasarkan pada kemampuan siswa dan jenis kelamin sesuai dengan saran dan petunjuk guru pengajar. Kelompok ini disebut “kelompok asal” atau “kelompok Jigsaw”.
  1. Tahap kedua, pembahasan materi oleh kelompok ahli.
Pada tahap kedua setiap anggota kelompok asal diberi tanggung jawab untuk mempelajari bagian materi tertentu dari bahan yang telah diberikan. Kemudian setiap anggota dari masing-masing kelompok asal bertemu dengan anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas untuk mempelajari materi yang sama. Kelompok ini disebut sebagai “kelompok ahli”. Untuk memperjelas tentang kelompok ahli dan kelompok asal dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bisa dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw[3]
Kelompok asal
Kelompok ahli
  1. Tahap ketiga, mengkomunikasikan hasil kerja dari kelompok ahli ke kelompok asal.
Pada tahap ketiga kelompok ahli kembali kepada kelompok asal dan mengkomunikasikan hasil kerjanya. Karena satu-satunya cara agar siswa dapat belajar sub bab lain selain dari sub bab yang mereka pelajari adalah dengan memperhatikan sungguh-sungguh penjelasan teman satu tim mereka, maka mereka akan termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya.
  1. Tahap keempat, evaluasi.
Pada tahap keempat dilakukan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi apa belum. Evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing kelompok.
  1. Tahap kelima, pemberian penghargaan                                                                                                Pada tahap kelima kelompok-kelompok yang berprestasi akan mendapatkan pengakuan dan penghargaan. Penghargaaan yang diberikan kepada kelompok akan dapat memunculkan rasa tanggung jawab pada tiap anggota kelompok untuk memajukan kelompoknya sehingga bisa bersaing dengan kelompok lain. Kondisi ini diharapkan dapat menjadi tantangan tersendiri bagi siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memahami pelajaran atau permasalahan yang diajukan guru.


[1] Isjoni, Pembelajaran Kooperatif(meningkatkan kecerdasan komunikasi...., h.77
[2] Isjoni, Cooperatif Learning; Efektifitas Pembelajaran Kelompok…, h.55
[3] Novi Emildadiany. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw. 2008. (26 Juni 2013).

No comments:

Post a Comment