Monday, 30 May 2016

Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada materi bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik BAB 3 Metode Penelitian ( A. jenis penelitian, B. subyek penelitian, C. Prosedur Penelitian )

BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan karena tujuannya mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada pokok bahasan bilangan yang menghasilkan perangkat pembelajaran yang berupa RPP, buku siswa, dan LKS.
B.       Subyek  Penelitian
Dalam penelitian pengembangan ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik. Hal itu dikarenakan kelas VII B terdiri dari siswa yang heterogen tingkat kemampuannya dan jumlah siswa dalam satu kelas 18 siswa. Adapun yang bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan guru dari pihak sekolah untuk melaksanakan pembelajaran matematika.
C.      Prosedur Penelitian
59
 
Model pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini adalah jenis pengembangan model 4-D (four D model), yang terdiri dari 4 tahap. Keempat tahap tersebut adalah tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (development), dan tahap penyebaran (disseminate). Namun hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada penelitian ini dibatasi hingga tahap pengembangan saja, hal ini dikarenakan peneliti hanya melakukan satu kali uji coba atau satu kali penelitian.
Adapun tahap-tahap pengembangan perangkat pembelajaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Tahap pendefinisian (Define)
Tujuan dari tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap ini terdiri atas lima langkah pokok, yaitu:
a.       Analisis awal akhir
Di dalam penelitian ini peneliti melakukan telaah terhadap masalah dalam pembelajaran matematika yang ada di MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik dan melakukan kajian kurikulum beserta teori-teori tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching.
b.      Analisis siswa
Analisis siswa sangat penting dilakukan pada awal perencanaan. Analisa ini dilakukan pada siswa dari kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik dengan memperhatikan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa, baik secara kelompok maupun individu. Hasil telaah dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan penelitian.


c.       Analisis konsep
Analisis konsep  dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan, menyusun secara sistematis dan merinci konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis ujung depan. Analisis ini merupakan dasar dalam penyusunan tujuan pembelajaran.
d.      Analisis tugas
Analisis tugas ditujukan untuk merumuskan tugas-tugas yang akan dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran pada pokok bahasan bilangan.
e.       Spesifikasi tujuan pembelajaran
Spesifikasi tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversi tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang dinyatakan dengan tingkah laku (indikator). Perincian tujuan pembelajaran khusus (indikator) tersebut merupakan dasar dalam penyusunan tes hasil belajar dan rancangan perangkat pembelajaran.
  1. Tahap perancangan (Design)
Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan draf perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah, antara lain :
a.         Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran khusus.
b.         Pemilihan media yang sesuai untuk menyampaikan materi pelajaran. Proses pemilihan media disesuaikan dengan hasil analisis tugas, analisis konsep serta fasilitas yang tersedia di sekolah.
c.         Pemilihan format, di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada. Dalam penyusunan RPP, format yang digunakan disesuaikan dengan kurikulum KTSP.
d.        Perancangan awal, yakni keseluruhan rancangan kegiatan yang harus dilakukan sebelum uji coba dilaksanakan. Adapun rancangan awal perangkat pembelajaran yang akan melibatkan aktivitas siswa dan guru yaitu RPP, LKS, buku siswa, dan instrumen penelitian yang berupa lembar validasi perangkat, lembar observasi aktivitas siswa, angket respon siswa, keterlaksanaan sintaks pembelajaran dan tes hasil belajar.
  1. Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para pakar. Tahap ini meliputi:
a.         Validasi perangkat oleh para ahli diikuti dengan revisi.
Rancangan perangkat pembelajaran yang telah disusun pada tahap design akan dilakukan penilaian/validasi oleh para ahli (validator) dengan menggunakan lembar validasi yang telah disusun peneliti (lampiran 4). Para validator tersebut adalah mereka yang berkompeten dan mengerti tentang penyusunan perangkat pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching. Mereka juga mampu memberi masukan/saran untuk menyempurnakan perangkat pembelajaran yang telah disusun.
b.         Simulasi
Kegiatan simulasi digunakan untuk menjalankan RPP. Kegiatan ini ditujukan untuk mengecek keterlaksanaan perangkat, kecocokan waktu dan yang lainnya. Simulasi ini diterapkan kepada siswa kelas VII MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik.
c.         Ujicoba terbatas

Perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan selanjutnya diujicobakan di kelompok yang menjadi subyek penelitian. Tujuannya untuk mendapatkan masukkan langsung dari guru, siswa dan para pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun dan melihat kecocokan waktu yang telah direncanakan dalam RPP dengan pelaksanaan selama uji coba. Hasil uji coba ini akan digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran yang sebelumnya.

bersambung

Sunday, 29 May 2016

Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada materi bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik bab 2 K. Materi Bilangan

A.       Materi Bilangan
Berdasarkan Kurikulum yang ada, Standar kompetensi materi pokok bilangan adalah memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Adapun kompetensi dasar yang harus dicapai adalah melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan. Materi yang di bahas pada pokok bahasan bilangan dalam penelitian ini adalah:
1.      Sifat-Sifat Penjumlahan pada Bilangan Bulat[1]
a.       Sifat tertutup
Bila ada a dan b bilangan bulat maka a + b juga bilangan bulat.
Contoh :
–16 + 25 = 9
–16 dan 25 merupakan bilangan bulat.
9 juga merupakan bilangan bulat
b.      Sifat komutatif
Untuk setiap a dan b bilangan bulat, berlaku:
a + b = b + a
Contoh :
1.    6 + 5 = 5 + 6 = 11                 2.  (–7) + 4 = 4 + (–7) = –3
c.       Mempunyai unsur identitas/netral
Untuk setiap a bilangan bulat, berlaku :
a + 0 = 0 + a = a
Contoh :
1.    8 + 0 = 0 + 8 = 8
2.    (-3) + 0 = 0 + (-3) = -3
d.      Sifat asosiatif
Untuk setiap a, b, dan c bilangan bulat, berlaku :
( a + b ) + c = a + ( b + c )
Contoh :
(4 + (–5)) + 6 = –1 + 6
      = 5
4 + ((–5) + 6) = 4 + 1
                                          = 5
Jadi, (4 + (–5)) + 6 = 4 + ((–5) + 6).
e.       Mempunyai invers (lawannya)
Untuk setiap a bilangan bulat selain 0, berlaku :
a + -a) = 0
Contoh :
2 lawannya -2, sehingga 2 + (-2) = 0
2.      Sifat-Sifat Perkalian pada Bilangan Bulat[2]
a.       Bersifat tertutup
Bila a dan b bilangan bulat maka a x b juga bilangan bulat 
Contoh :
(-3) x 2 = -6 . -3, 2, dan -6 adalah bilangan bulat
b.      Bersifat komutatif
Untuk setiap a dan b bilangan bulat, berlaku:
a x b = b x a
Contoh :
1.      (-4) x 5 = - 20              2.   2 x 3 = 6
5 x (-4) = - 20                    3 x 2 = 6
c.       Memiliki unsur identitas/netral
Untuk setiap a bilangan  bulat, berlaku :
a x 1 = 1 x a = a
Contoh :
     2 x 1 = 2                           1 x 2 = 2
     1 x (-3) = -3                      (-3) x 1 = -3
     Jadi, bilangan bulat 1 merupakan unsur identitas perkalian
d.      Sifat asosiatif
Untuk setiap a, b, dan c bilangan bulat, berlaku :
( a x b ) x c = a x ( b x c )
Contoh :
(2 x (-3)) x (-1) = (-6) x (-1) = 6
2 x ((-3) x (-1)) = 2 x 3 = 6
Jadi, (2 x (-3)) x (-1) = 2 x ((-3) x (-1))
e.       Sifar distributif perkalian terhadap penjumlahan
Untuk setiap a, b, dan c bilangan bulat, berlaku :
a x ( b + c ) = ( a x b ) + ( a x c )
Contoh :
1.    2 x (4 + 5) = (2 x 4) + (2 x 5) =8 + 10 = 18
2.     3 x (5 + (-2)) = (3 x 5) + (3 x (-2)) = 15 + (-6) = 9
f.       Sifar distributif perkalian terhadap pengurangan
Untuk setiap a, b, dan c bilangan bulat, berlaku :
a x ( b - c ) = ( a x b ) - ( a x c )
Contoh :
1.    2 x (4 - 5) = (2 x 4) - (2 x 5) =8 - 10 = -2
2.    3 x (5 - (-2)) = (3 x 5) - (3 x (-2)) = 15 - (-6) = 21
3.      Mengubah Bentuk Pecahan[3]
a.       Mengubah bentuk pecahan murni menjadi pecahan desimal
Mengubah pecahan murni menjadi pecahan desimal ada dua cara, yaitu :
1.    Ubahlah penyebut pecahan menjadi 10, 100, 1000, . . . . . .

Contoh :
i)         
ii)       
iii)     
2.    Membagi dengan cara bersusun
Contoh :
Nyatakan    ke bentuk desimal sampai dua angka di belakang koma !
Jawab :
Coba bagilah 2 dengan pembagi 3 secara bersusun! Dari pembagian bersusun tersebut, akan didapatkan   
b.      Mengubah bentuk pecahan desimal menjadi pecahan murni
Mengubah pecahan desimal menjadi pecahan murni dapat dilakukan dengan memperhatikan banyak angka dibelakang koma, yaitu :
a.    Jika 1 angka di belakang koma, berarti pecahan persepuluh;
b.    Jika 2 angka di belakang koma, berarti pecahan perseratus; dan seterusnya.
Contoh :
i)         
ii)       
iii)     
c.       Mengubah bentuk pecahan murni menjadi pecahan campuran
Mengubah pecahan murni menjadi pecahan campuran bisa dilakukan jika pembilang lebih besar dari penyebut. Cara mengubahnya bisa dengan membagi pembilang dan penyebut secara bersusun. 
Contoh :
Ubahlah  menjadi pecahan campuran !
Jawab :
Coba lakukan pembagian bersusun antara pembilang dengan penyebut (35 : 4)!
  → 8 merupakan hasil pembagian dan 3 sisa dari pembagian.
d.      Mengubah bentuk pecahan campuran menjadi pecahan murni
Bentuk pecahan campuran  dengan r ≠ 0 dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa .
Contoh :
 
e.       Mengubah bentuk pecahan murni menjadi persen
Cara mengubah pecahan murni ke bentuk persen adalah dengan mengalikan pecahan yang akan dibuat persen dengan 100%, kemudian menentukan pecahan senilaiyang paling sederhana.


Contoh :
i)         
ii)       
iii)     
f.       Mengubah bentuk persen menjadi pecahan murni
Cara mengubah persen ke bentuk pecahan murni adalah dengan mengubah bilangan yang akan dirubah ke pecahan murni menjadi perseratus, kemudian dari bentuk perseratus tersebut disederhanakan ke bentuk pecahan murni yang lebih sederhana.
Contoh :
i)         
ii)       
iii)     
g.      Mengubah bentuk pecahan murni menjadi permil
Pecahan murni dapat dijadikan ke bentuk permil dengan cara mengubah pecahan semula menjadi pecahan senilai dengan penyebut 1.000 atau dengan mengalikan pecahan tersebut dengan 1000 ‰.
Contoh :
a.     
b.      =  
h.      Mengubah bentuk permil menjadi pecahan murni
Bentuk permil dapat diubah ke bentuk pecahan murni dengan cara menyederhanakan pecahan tersebut.
Contoh :
40  =


bersambung

[1] Dewi Nuharini, Tri Wahyuni, Matematika Konsep Dan Aplikasinya 1(Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen pendidikan nasional, 2008), h.10-11
[2] Ibid., h.16-17
[3] Ibid., 50-55