B.
Model Pembelajaran
Kooperatif
1.
Pengertian model pembelajaran
kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma
konstruktivisme. Pendekatan teori konstruktivisme pada dasarnya menekankan
pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses
belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered) dari pada teacher centered. Dengan kata lain
pembelajaran model kooperatif berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai
fasilitator[1].
Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang di dalamnya terdapat kerja sama kelompok
siswa untuk mencapai tujuan bersama. Seperti yang diungkapkan oleh Johnson
& Johnson “cooperatif learning adalah mengelompokkan siswa ke dalam
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal
yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.
Sedangkan menurut Slavin dalam Ibrahim, model pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang
heterogen baik jenis kelamin maupun tingkat kemampuannya[2].
Tujuan dibentuknya kelompok
tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk terlihat
secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Menurut Isjoni model
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa karena cooperatif
learning adalah sebuah model pembelajaran aktif dan partisipatif[3].
Menurut Lugdren terdapat
beberapa unsur dasar yang ada pada model pembelajaran kooperatif, yaitu[4]:
a.
Para siswa harus memiliki
persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
b.
Para siswa harus memiliki
tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain
tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c.
Para siswa harus berpandangan
bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d.
Para siswa membagi tugas dan
berbagi tanggung jawab di antara anggota kelompok.
e.
Para siswa diberikan satu
evaluasi atau penghargaan yang ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f.
Para siswa berbagi
kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama
belajar.
g.
Setiap siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam 1 kelompok
kooperatif.
Pembelajaran kooperatif
tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan
hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota
kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota
kelompok selama kegiatan.
Pembelajaran kooperatif ini
istimewa dibanding model-model pembelajaran lainnya, karena menggunakan suatu
struktur tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan pembelajaran
siswa. Struktur tugas memaksa siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil.
Sistem penghargaan mengakui usaha bersama, sama baiknya seperti usaha
individual. Model pembelajaran kooperatif berkembang dari kebiasaan pendidikan
yang menekankan pada pemikiran demokratis dan latihan atau praktek,
pembelajaran aktif, lingkungan pembelajaran yang kooperatif dan menghormati
adanya perbedaan budaya masyarakat yang bermacam-macam.
2.
Ciri-ciri Model Pembelajaran
Kooperatif
Menurut Arends pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut[5] :
a.
Siswa bekerja dalam kelompok
secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c.
Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.
d.
Penghargaan lebih berorientasi
pada kelompok dari pada individu.
3.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
pada dasarnya dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran, yaitu :
a.
Hasil belajar akademik
Slavin menyatakan bahwa
“pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik”[6]. Ini
berarti bahwa model pembelajaran kooperatif dapat membantu semua siswa dalam
memahami konsep yang sulit. Karena dalam setiap kelompok belajar terdapat siswa
dengan kemampuan beragam mulai dari tinggi, sedang, dan rendah. Siswa dengan
kemampuan tinggi akan menjadi tutor bagi temannya yang berkemampuan rendah
sehingga ia harus belajar lebih mendalam. Demikian juga siswa yang berkemampuan
rendah diharapkan akan meningkatkan hasil kerjanya dengan adanya tutorial
tersebut.
b.
Penerimaan terhadap perbedaan
individu
Slavin menyatakan bahwa “efek
penting dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap
orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas, sosial, kemampuan, maupun
ketidakmampuan”[7].
Hal ini disebabkan dalam model pembelajaran kooperatif menuntut siswa dengan
berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya.
c.
Pengembangan keterampilan
sosial
Tujuan ini mengajarkan kepada siswa keterampilan
bekerja sama dan kolaborasi. Dengan
bekerja sama diharapkan juga berkembang keterampilan sosial siswa.
[1] Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007),
h.22
[2]
Isjoni, Pembelajaran
Kooperatif(meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), h.25
[3]
Isjoni, Cooperatif Learning; Efektifitas Pembelajaran Kelompok(Bandung:
Alfabeta,2007), h.37
[4]
Ibid., h.13-14
[5]
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik….,
h.47
[6]
Muslimin Ibrahim,dkk. pembelajaran kooperatif(Surabaya: University
Press,2000), h.7