Tuesday, 16 June 2015
Thursday, 26 March 2015
Pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching pada materi bilangan di kelas VII B MTs Nurul Jadid Sidayu Gresik bab 2 I. Kriteria Kelayakan Perangkat Pembelajaran
I.
Kriteria Kelayakan Perangkat
Pembelajaran
1. Validitas Perangkat
Pembelajaran
Dalam kamus bahasa Indonesia kata valid memiliki arti
yaitu menurut cara yang semestinya, berlaku, atau sahih[1].
Perangkat dikatakan valid jika perangkat yang dibuat sesuai dengan kriteria
valid menurut validator.
Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran, maka seorang guru perlu membuat perangkat pembelajaran yang
benar-benar baik atau valid. Dalyana menyatakan bahwa sebelum digunakan dalam
kegiatan pembelajaran hendaknya perangkat pembelajaran telah mempunyai status
"valid". Selanjutnya dijelaskan bahwa idealnya seorang pengembang
perangkat pembelajaran perlu melakukan pemeriksaan ulang kepada para ahli
(validator), khususnya mengenai; (a) Ketepatan Isi; (b) Materi Pembelajaran; (c) Kesesuaian dengan
tujuan pembelajaran; (d) Desain fisik dan lain-lain. Dengan demikian, suatu
perangkat pembelajaran dikatakan valid (baik/layak), apabila telah dinilai baik
oleh para ahli (validator)[2].
Sebagai pedoman, penilaian para
validator terhadap perangkat pembelajaran mencakup kebenaran substansi,
kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa, kesesuaian dengan prinsip utama,
karakteristik dan langkah-langkah strategi. Kebenaran substansi dan kesesuaian
dengan tingkat berpikir siswa ini mengacu pada indikator yang mencakup format,
bahasa, ilustrasi dan isi yang disesuaikan dengan pemikiran siswa. Untuk setiap
indikator tersebut dibagi lagi ke dalam sub-sub indikator sebagai berikut[3] :
a. Indikator format Perangkat
Pembelajaran, terdiri atas :
1) Kejelasan pembagian materi
2) Penomoran
3) Kemenarikan
4) Keseimbangan antara teks dan
ilustrasi
5) Jenis dan ukuran huruf
6) Pengaturan ruang
7) Kesesuaian ukuran fisik
dengan siswa
b. Indikator bahasa, terdiri
atas :
1) Kebenaran tata bahasa
2) Kesesuaian kalimat dengan
tingkat perkembangan berpikir dan kemampuan membaca siswa
3) Arahan untuk membaca sumber
lain
4) Kejelasan definisi tiap
terminologi
5) Kesederhanaan strukur kalimat
6) Kejelasan petunjuk dan arahan
c. Indikator tentang ilustrasi,
terdiri atas :
1) Dukungan ilustrasi untuk
memperjelas konsep
2) Keterkaitan langsung dengan
konsep yang dibahas
3) Kejelasan
4) Mudah untuk dipahami
5) Ketidakbiasan atas gender
d. Indikator isi, terdiri atas :
1) Kebenaran Isi
2) Bagian-bagiannya tersusun
secara logis
3) Kesesuaian dengan GBPP
4) Memuat semua informasi
penting yang terkait
5) Hubungan dengan materi
sebelumnya
6) Kesesuaian dengan pola pikir
siswa
7) Memuat latihan yang
berhubungan dengan konsep yang ditemukan
8) Tidak terfokus pada stereotip
tertentu (etnis, jenis kelamin, agama, dan kelas sosial)
Sedangkan indikator kesesuaian perangkat pembelajaran yang disusun dengan
prinsip utama, karakteristik dan langkah-langkah strategi yang digunakan
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.
Selanjutnya dengan mengacu pada indikator-indikator diatas dan dengan
memperhatikan indikator-indikator pada lembar validasi yang telah dikembangkan
oleh para pengembang sebelumnya, ditentukan indikator-indikator dari rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa, dan lembar kerja siswa (LKS)
sebagai berikut :
a. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana yang berisi
prosedur/ langkah-langkah kegiatan guru dan siswa yang disusun secara
sistematis untuk digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas. Agar guru dapat membuat RPP yang efektif,
dituntut untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan hakikat, fungsi,
prinsip dan prosedur pengembangan, serta cara mengukur efektifitas
pelaksanaannya dalam pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka
pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan apa yang dilakukan dalam
pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen
pembelajaran yakni, kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar,
dan penilaian[4]. Kompetensi dasar berfungsi
mengembangkan potensi siswa; materi standar berfungsi memberi makna terhadap
kompetensi dasar; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan
pembentukan kompetensi siswa; sedangkan penilaian berfungsi mengukur
pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila
kompetensi standar belum tercapai.
RPP memiliki komponen-komponen antara lain : tujuan pembelajaran,
langkah-langkah yang memuat pendekatan/strategi, waktu, kegiatan pembelajaran,
metode sajian, dan bahasa. Kegiatan pembelajaran mempunyai sub-komponen yaitu
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
Indikator validasi perangkat
pembelajaran tentang RPP pada penelitian ini adalah:
1. Tujuan Pembelajaran
Komponen-komponen
tujuan pembelajan dalam menyusun RPP meliputi :
a) Menuliskan kompetensi dasar
b) Ketepatan penjabaran dari kompetensi dasar ke
indikator
c) Ketepatan penjabaran dari indikator ke tujuan
pembelajaran
d) Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran
e) Operasional rumusan tujuan pembelajaran
2. Langkah-Langkah Pembelajaran
Komponen-komponen
langkah pembelajaran yang disajikan dalam menyusun RPP meliputi:
a) Model kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan
dan team teaching yang dipilih sesuai
dengan tujuan pembelajaran
b) Langkah-langkah Model
kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching ditulis lengkap dalam RPP
c) Langkah-langkah dalam karakteristik
memuat urutan kegiatan pembelajaran yang logis
d) Langkah-langkah memuat dengan
jelas peran guru dan peran siswa
e) Langkah-langkah dalam
karakteristik dapat dilaksanakan guru
3. Waktu
Komponen-komponen
waktu yang disajikan dalam menyusun RPP meliputi:
a) Pembagian waktu setiap
kegiatan/langkah dinyatakan dengan jelas
b) Kesesuaian waktu setiap
langkah/ kegiatan
4. Perangkat Pembelajaran
Komponen-komponen
perangkat yang disajikan dalam menyusun RPP meliputi:
a) LKS menunjang ketercapaian
tujuan pembelajaran
b) Buku siswa yang dikembangkan
dan dipilih menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran
c) Buku siswa, LKS, media
diskenariokan penggunaannya dalam RPP
5. Metode Sajian
Komponen metode
sajian dalam menyusun RPP meliputi:
a) Sebelum menyajikan konsep
baru, sajian dikaitkan dengan konsep yang telah dimiliki siswa
b) Memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa
c) Guru mengecek pemahaman siswa
d) Memberikan kemudahan
terlaksananya KBM yang inovatif
6. Bahasa
Komponen bahasa
dalam menyusun RPP meliputi:
a) Menggunakan kaidah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar
b) Ketepatan struktur kalimat
b. Buku Siswa
Buku siswa adalah suatu buku (teks) yang berisi materi pelajaran berupa
konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang akan dikonstruksi siswa melalui
masalah-masalah yang ada di dalamnya. Buku siswa dapat digunakan siswa sebagai
sarana penunjang untuk kelancaran kegiatan belajarnya di kelas maupun di rumah.
Oleh karena itu, buku siswa diupayakan dapat memberi kemudahan bagi guru dan
siswa dalam mengembangkan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika.
Indikator validasi buku siswa dalam penelitian ini meliputi:
1. Komponen Kelayakan Isi
a. Cakupan materi
1)
Keluasan materi
2)
Kedalaman materi
b. Akurasi materi
1)
Akurasi fakta
2)
Akurasi konsep sesuai dengan pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching
3)
Akurasi prosedur / metode sesuai dengan pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching
4)
Akurasi teori
c. Kemutakhiran
1)
Kesesuaian dengan perkembangan ilmu
2)
Keterkinian / ketermasaan fitur (contoh-contoh)
3)
Kutipan termassa (up to date)
4)
Satuan yang digunakan adalah satuan System Internasional (SI)
d. Merangsang keingintahuan (curiosity)
1)
Menumbuhkan rasa ingin tahu
2)
Memberi tantangan untuk belajar lebih jauh
e. Operasional
rumusan tujuan pembelajaran
1)
Mengembangkan kecakapan personal sesuai
dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode
sorogan dan team teaching
2)
Mengembangkan kecakapan sosial sesuai dengan pengembangan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan dan team teaching
3)
Mengembangkan kecakapan akademik
2. Komponen Kebahasaan
a. Sesuai dengan perkembangan
peserta didik
1)
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik
2)
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan sosial emosional
peserta didik
b. Komunikatif
1)
Keterpahaman peserta didik terhadap pesan
2)
Kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan
c. Dialogis dan interaktif
1)
Dorongan berpikir kritis pada peserta didik
d. Kesesuaian dengan kaidah
Bahasa Indonesia yang benar
1)
Ketepatan tata bahasa
2)
Ketepatan ejaan
3. Komponen Penyajian
a. Teknik penyajian
1)
Konsistensi sistematika sajian dalam bab
2)
Kelogisan penyajian
3)
Keruntutan konsep
4)
Hubungan antar fakta, antar konsep, dan antara prinsip, serta
antar teori
5)
Keseimbangan antar bab dan keseimbangan substansi antar
sub-bab dalam bab
6)
Kesesuaian/ ketepatan ilustrasi dengan materi dalam bab
7)
Identitas gambar
b. Penyajian pembelajaran
1)
Berpusat pada peserta didik
2)
Keterlibatan peserta didik
3)
Keterjalinan komunikasi interaktif
4)
Kesesuaian dan karakteristik mata pelajaran
5)
Kemampuan merangsang kedalaman berpikir peserta didik
6)
Kemampuan memunculkan umpan balik untuk evaluasi diri
c. LKS
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berisi masalah dari buku siswa. LKS yang baik
akan dapat menuntun siswa dalam mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip, atau
prosedur-prosedur matematika sesuai dengan materi yang dipelajarai. Dalam LKS
disediakan pula tempat bagi siswa untuk menyelesaikan masalah/soal. LKS disusun
untuk memberi kemudahan bagi guru dalam mengakomodasi tingkat kemampuan siswa
yang berbeda-beda. Penggunaan LKS dapat pula memudahkan guru mengelola kelas
dan pembelajaran di kelas akan berpusat kepada siswa.
Adapun indikator validasi LKS meliputi :
1. Aspek Petunjuk
a)
Petunjuk dinyatakan dengan jelas
b)
Mencantumkan tujuan pembelajaran
2. Kelayakan Isi
a)
Akurasi fakta
b)
Kebenaran konsep
c)
Kesesuaian dengan perkembangan ilmu
d) Menumbuhkan kreativitas
e)
Menumbuhkan rasa ingin tahu
f)
Mengembangkan kecakapan personal
g)
Mengembangkan kecakapan sosial
h)
Mendorong untuk mencari informasi lebih lanjut
3. Prosedur
a)
Urutan kerja siswa
b)
Keterbacaan/ bahasa dari prosedur
4. Fisik
a)
Kejelasan cetakan
Dalam penelitan ini, perangkat dikatakan valid jika interval skor pada
semua rata-rata nilai yang diberikan para ahli berada pada kategori
"sangat valid" atau "valid". Apabila terdapat skor yang
kurang baik atau tidak baik, akan digunakan sebagai masukan untuk merevisi/
menyempurnakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
2. Efektivitas Perangkat
Pembelajaran
Efektivitas
perangkat pembelajaran adalah seberapa besar pembelajaran dengan menggunakan
perangkat yang dikembangkan mencapai indikator-indikator efektivitas
pembelajaran. Slavin (dalam Ike Agustinus) menyatakan bahwa terdapat empat indikator
dalam menentukan keefektifan pembelajaran, yaitu[5] :
a.
Kualitas Pembelajaran
Artinya banyaknya
informasi atau ketrampilan yang disajikan sehingga siswa dapat mempelajarinya
dengan mudah
b. Kesesuaian Tingkat
Pembelajaran
Artinya sejauh
mana guru memastikan kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru
c. Insentif
Artinya seberapa
besar usaha guru memotivasi siswa mengerjakan tugas belajar dari materi
pelajaran yang disampaikan. Semakin besar motivasi yang diberikan guru kepada
siswa maka keaktifan semakin besar pula, dengan demikian pembelajaran semakin
efektif.
d. Waktu
Artinya lamanya
waktu yang diberikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang diberikan.
Pembelajaran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan pembelajaran sesuai
waktu yang diberikan.
Selanjutnya Kemp (dalam Dalyana) mengemukakan bahwa untuk mengukur
efektivitas hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan menghitung seberapa
banyak siswa yang telah mencapai tujuan pembelajaran dalam waktu yang telah
ditentukan. Pencapaian tujuan pembelajaran tersebut dapat terlihat dari hasil tes sumatif siswa,
sikap dan reaksi (respon) guru maupun siswa terhadap program pembelajaran[6].
Eggen dan Kauchak (dalam Dalyana), menyatakan bahwa suatu pembelajaran
akan efektif bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan
penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan
pengetahuan, melainkan meningkatkan ketrampilan berpikir. Dengan demikian dalam
pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif[7].
Dalam penelitian ini, peneliti mendefinisikan efektivitas pembelajaran
didasarkan pada empat indikator, yaitu segala aktivitas yang dilakukan oleh
siswa, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran
dan hasil belajar siswa. Masing-masing indikator tersebut diulas lebih detail
sebagai berikut :
a. Aktivitas Siswa
Menurut Chaplin aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan
organisme secara mental atau fisik[8].
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan siswa untuk belajar. Ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh
siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti
yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich (dalam
Sardiman) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam aktivitas siswa yang
antara lain dapat digolongkan sebagai berikut[9]:
1) Visual activites, seperti membaca,
memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi
percobaan pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3) Listening activites, seperti mendengarkan:
uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti menulis: cerita,
karangan, laporan, angket, menyalin.
5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat
grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, seperti melakukan
percobaan, membuat konstruksi, mereparasi model, bermain, berkebun, berternak.
7) Mental activites, seperti menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa merupakan
kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan –
kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar
seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat
menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktivitas yang timbul dari siswa akan
mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi.
b. Keterlaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal yang datang dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang datang
dari lingkungan. Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari
pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada
peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan pembelajaran direalisasikan[10]. Oleh karena itu, keterlaksanaan
langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP menjadi penting
untuk dilakukan secara maksimal, untuk membuat siswa terlibat aktif , baik
mental, fisik maupun sosialnya dan proses pembentukan kompetensi menjadi
efektif.
c. Respon Siswa
Respon siswa adalah reaksi atau
tanggapan yang ditunjukkan siswa dalam proses belajar. Bimo menjelaskan bahwa
salah satu cara untuk mengetahui respon seseorang terhadap sesuatu adalah
dengan menggunakan angket, karena angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab oleh responden (orang yang ingin diselidiki) untuk mengetahui
fakta-fakta atau opini-opini[11].
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket untuk mengetahui respon
siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan
dan team teaching, dengan
aspek-aspek sebagai berikut:
1) Ketertarikan
terhadap komponen (respon senang/tidak senang)
2) Keterkinian
terhadap komponen (respon baru/tidak baru)
3) Minat terhadap pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw dengan metode sorogan
dan team teaching
4) Pendapat
positif tentang buku siswa
5)
Pendapat positif
tentang LKS
d. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya, dimana siswa memperoleh hasil dari
suatu interaksi tindakan belajar. Di awali dengan siswa mengalami proses
belajar, mancapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar, yang semua itu
mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik[12].
Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak
pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat
diukur, seperti dalam angka rapor, atau angka dalam ijazah. Dampak pengiring
adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, yang merupakan
transfer belajar[13].
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah proses belajar baik berupa
tingkah laku, pengetahuan, dan sikap. Dalam lembaga pendidikan sekolah, hasil belajar
dikumpulkan dalam bentuk rapor, ijazah, atau lainnya.
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan guru dalam melakukan
penilaian hasil belajar, yaitu[14] :
1) Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced
Assesment), adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa
terhadap hasil belajar siswa lain di kelompoknya.
2) Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced
Assesment), adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa dengan
suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya, suatu hasil yang harus
dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru.
Penilaian hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penilaian Acuan Patokan (PAP) dimana siswa harus mencapai standar ketuntasan
minimal. Standar ketuntasan minimal tersebut telah ditetapkan oleh guru dengan
memperhatikan prestasi siswa yang dianggap berhasil. Siswa dikatakan tuntas apabila hasil belajar
siswa telah mencapai skor tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dan siswa
tersebut dapat dikatakan telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
3. Kepraktisan Perangkat
Pembelajaran
Menurut Nieveen (dalam Ermawati), karakteristik produk pendidikan yang
memiliki kualitas kepraktisan yang tinggi apabila ahli dan guru
mempertimbangkan produk itu dapat digunakan dan realitanya menunjukkan bahwa
mudah bagi guru dan siswa untuk menggunakan produk tersebut. Hal ini berarti
terdapat konsistensi antara harapan dengan pertimbangan dan harapan dengan
operasional. Apabila kedua konsistensi tersebut tercapai, maka produk hasil
pengembangan dapat dikatakan praktis[15].
Kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini
didasarkan pada penilaian para ahli (validator) dengan cara mengisi lembar
validasi masing-masing perangkat pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi
beberapa aspek, yaitu :
1. Dapat digunakan tanpa revisi
2. Dapat digunakan dengan
sedikit revisi
3. Dapat digunakan dengan banyak
revisi
4. Tidak dapat digunakan
Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika
validator mengatakan perangkat tersebut dapat digunakan dengan sedikit atau
tanpa revisi.
bersambung
[2]
Dalyana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Ralistik pada Pokok
Bahasan Perbandingan di Kelas II SLTP. Tesis.(Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Surabaya, 2004), h.71
[3] Ibid.,
h.72
[4]
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2007), h.213
[5]
Ike Agustinus P, Efektivitas Pembelajaran Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Induktif dengan Pendekatan Beach Ball pada Materi Jajargenjang di
SMPN 1 Bojonegoro, Skripsi. (Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas
Negeri Surabaya, 2008), h.13
[6]
Dalyana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Ralistik pada Pokok
Bahasan Perbandingan di Kelas II SLTP..., h.74
[7] Ibid., h.73
[8] J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi,(Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.9
[9]
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2006), h.100-101
[10]
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h.255-256
[11]
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada, 1986), h.65
[12]
Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.(Bandung: Ramaja
Rosdakarya, 2008), h.22
[13] Dimyati,Belajar dan Pembelajaran.
(Bandung: Rineka Cipta, 2002), h.3-4
[14]
Ign Masidjo. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
(Yogyakarta: Kanisisus, 1995), h.160
[15]
Ermawati,Pengembangan Perangkat Pembelajaran Belah Ketupat dengan pendekatan
Kontekstual dan memperhatikan tahap Berpikir Deometri model van hieele.
Skripsi,(Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Surabaya, 2007), h.25
Subscribe to:
Posts (Atom)