NILAI KEJUJURAN DALAM
DUNIA PENDIDIKAN
2.1 Kejujuran
kejujuran merupakan sikap apa adanya atau perkataan yang sesuai dengan
kebenaran dan kenyataan. Sikap seseorang bisa menunjukkan karakter orang
tersebut . orang yang suka jujur dia akan bersikap apa adanya di depan siapa
saja. Dan juga perkataan orang yang jujur sesuai dengan fakta tanpa ada
tambahan, sehingga perkataan-perkataannya dapat dipercaya.
Dalam kehidupan kita
sehari-hari sikap jujur sangatlah berperan penting bagi setiap individu yang
ingin bahagia dan di hormati orang. Karena dengan sikap jujur, kita akan merasa
tenang dan tidak di bebani rasa penyesalan dan bersalah karena kebohongan yang
hakikatnya membawa kita dalam dunia penuh dengan kegelisahan. Selain itu dengan
jujur akan banyak orang yang percaya kepada kita, senang, dan akan menimbulkan
suasana yang nyaman dimanapun kita berada. Jadi, sikap jujur merupakan sebuah
tuntutan atau kewajban kita dalam kehidupan bermasyarakat.
Allah SWT telah membagi manusia menjadi dua kelompok, yaitu orang-orang yang
berbahagia dan orang-orang yang sengsara. Dia menjadikan orang-orang yang
berahagia itu dari golongan orang-orang yang suka berkata benar dan
membenarkan, sedangkan orang-orang yang celaka itu dari golongan orang-orang
yang suka berdusta dan mendustakan. Jadi kebahagiaan itu berbaur bersama
kebenaran dan kepercayaan,sedangkan kepercayaan lekat dengan dusta dan
mendusakan1. Firman Allah dalam
Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70-71 yang artinya :
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar. 2
2.2 Dunia pendidikan
Sebelum
kita mendalami pendidikan lebih dalam, kita perlu tahu terlebih dahulu apa itu
pendidikan. “Pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada
anak dalam pertumbuhan jasmani maupun ruhaninya untuk mencapa tingkat
dewasa”(Amir,1973)2. Seseorang sebelum
mencapai kedewasaan terlebih dahulu harus melewati fase yang akan membantu
membentuk diri seseorang dari segi rohani maupun jasmaninya. Fase itu adalah
fase pendidikan yang nantinya dalam proses pendidikan tersebut karakter
seseorang akan terbentuk sesuai dengan proses yang dialaminya.
Dunia
pendidikan juga merupakan dunia yang menjadi wahana untuk mencari ilmu dan
berlatih, sebelum seorang anak terjun dalam kehidupan yang nyata. Ilmu
sangatlah berguna menghadapi kehidupan nantinya, tanpa ilmu hidup akan
terombang-ambing oleh keadaan. Sebab itu, ilmu dapat dikatakan sebagai tongkat
untuk berjalan dalam mengarungi hidup ini. Selain ilmu yang kita peroleh dari
pendidikan adalah proses berlatih untuk memperoleh pengalaman-pengalaman, akan
banyak pengalaman yang kita peroleh baik itu dari guru, buku, teman, maupun
lingkungan pendidikan itu sendiri. Pengalaman akan memudahkan kita dalam
menjalani hidup dan mencari solusi-solusi dari masalah kehidupan.
Sedikitnya
ada empat rumusan tujuan pendidikan di Indonesia4, yaitu:
1. Menurut
UU No. 4 tahun 1950 bab II pasal 3 tujuan pendidikan dan pengajaran ialah
membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
2. Dalam
ketetapan MPRS no.II tahun 1960, tujuan pendidikan ialah mendidik anak kearah
terbentuknya manusia yang berjiwa pancasila dan bertanggung jawab atas
terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur
material dan spiritual.
3. Menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila,
penetapan Presiden no.19 tahun 1965 tujuan
pendidikan
adalah melahirkan warganegara- warganegara sosialis Indonesia yang
susila, yang
bertanggung jawab atas
terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik
spiritual
maupun material dan berjiwa pancasila.
4. Dalam
ketetapan MPRS no.XXVII tahun 1966 tujuan pendidikan ialah membentuk manusia
Pancasialis sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk mewujudkan tujuan
tersebut terdapat 4 unsur pokok yang ada di dalam dunia pendidikan. Pertama
adalah pihak yang terdidik atau obyek pendidikan, yang termasuk dalam kelompok
ini adalah mahasiswa dan siswa sekolah. Kedua, pihak pendidik atau yang memberi
dan menyalurkan ilmu kepada murid. Tugas ini dipikul oleh dosen dan guru.
Ketiga, lembaga pendidikan yang mengatur dan menjalankan operasional pendidikan
formal. Yang termasuk disini ialah sekolah-sekolah, baik swasta maupn negeri
termasuk perguruan tinggi. Yang keempat adalah pemerintah, peran pemerintah
disini dipegang oleh depdiknas dan depag yang memberi kebijakan masalah dana
dan peraturan atau kebijakan dalam pendidikan.
Dalam
pendidikan itu sendiri terdapat beberapa aspek yang perlu dicermati. Aspek yang
sangat fundamental dan penting adalah pendidikan moral. Pendidikan moral akan
membawa kita kepada akhlak yang sesuai dengan norma, dan nantinya akan
memudahkan kita diterima ditengah-tengah masyarakat. Bagaimanapun pandainya
seseorang, bagaimanapun tinggi pangkatnya seseorang tanpa dilandasi dengan
moral atau akhlak yang baik dan budi pekerti yang luhur semuanya hanya akan
membawa malapetaka. Oleh karena itu pendidikan moral merupakan dasar yang yang
fundamental dalam pendidikan.
Namun
pendidikan moral sekarang hanya dipakai sebagai formalitas dalam proses
pendidikan, bukan dipahami secara menyeluruh. Sehingga banyak orang yang tahu
atau mengerti tentang nilai-nilai kebaikan tapi tidak bisa untuk melaksankan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Akibatnya
sekarang ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran norma yang terjadi di
Negara ini.
2.3 Kejujuran dalam dunia pendidikan Indonesia
Di
era modern seperti ini, sungguh mahal harga sebuah kejujuran. Dimana pun
kebohongan dan kecurangan bisa ditemukan. Ini merupakan fenomena yang
menyedihkan bagi bangsa Indonesia, dimana negeri ini sedang membutuhkan
pemimpin-pemipin dan masyarakat yang jujur untuk memperbaiki nasib bangsa.
Namun harapan untuk memperbaiki nasib bangsa khususnya moral kejujuran bangsa
memerlukan waktu yang panjang. Pasalnya di dunia pendidikan sendiri yang
notabenya adalah tempat generasi muda di didik dan di bina masih sering
ditemukan kecurangan-kecurangan dan kebohongan-kebohongan.
Dalam
empat unsur yang ada di dalam pendidikan yaitu pihak terdidik, pihak pendidik,
lembaga pendidikan, dan pemerintah saja sering ditemukan ketidakjujuran. Ini
merupakan aib bagi dunia pendidikan Indonesia. Kita akan membahas
ketidakjujuran tersebut pada tiap-tiap unsur.
2.3.1 Pihak terdidik
Pihak
terdidik atau murid merupakan korban dari sebuah tali rantai ketidakjujuran
yang diwariskan dari system yang ada. System mengajarkan kepada mereka bahwa
jujur dalam era sekarang tidaklah begitu penting. Yang terpenting adalah nilai
yang ada di ijazah nantinya. Dengan paradigma seperti ini, murid atau mahisiswa
bukannya mengejar ilmu melainkan mengejar sebuah nilai. Dengan kata lain mereka
diperbudak oleh nilai, hal seperti ini sudah tidak bisa di elakkan lagi.
UAN merupakan contoh yang sudah
menjadi rahasia umum. Di dalam UAN, bekerja sama atau mendapat kunci jawaban
sebelum ujian dimulai sudah merupakan hal yang biasa. Hal itu senada dengan
yang dipaparkan seorang murid Jakarta dalam ujian tahun kemarin.
Murid tersebut menceritakan bahwa dia mensinyalir terjadi kebocoran soal UAN
dikarenakan ujian yang baru berjalan sekitar 30 menit namun teman-temannya
sudah selesai mengerjakan terutama siswa aki-laki.5 Dimana hal
itu bisa terjadi, hanya dengan 30 menit, soal yang ada di dalam UAN bias
terselesaikan. Itu merupakan hal yang sulit terjadi jika dalam keadaan yang
wajar.
kecurangan atau
ketidakjujuran tidak saja dilakukan oleh siswa pada level bawah bahkan mahasiswa
pascasarjana pun ada yang melakukannya. Tesis yang dibuat mahasiswa
pascasarjana bahkan disertasi tidak ditulis oleh yang bersangkutan, melainkan
meminta bantuan kepada orang yang menjual jasa untuk membuat tesis dan
disertasi dengan memberi imbalan tertentu. Oleh karena itu, akhir-akhir ini
kita mendengar orang yang tidak pernah mengambil program pendidikan,
sehari-hari bekerja di kantor seperti biasa, dan tidak pernah berbicara tentang
tesis atau disertasi ternyata mereka telah dinyatakan lulus ujian tesis atau
disetasi sehingga berhak menyandang gelar akademiknya.6
2.3.2 pihak pendidik
Guru
atau pihak pendidik merupakan teladan bagi murid, oleh sebab itu guru hendaknya
memberikan contoh yang terbaik untuk muridnya. Dalam buku sosiologi pendidikan
disebutkan “kesalahan guru menurut pepatah akan diperlihatkan murid dalam
bentuk yang lebih mendalam”. 7 Oleh
karena itu untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah, butuh persiapan yang
matang kalau tidak ingin salah jalan dan menyebabkan anak didik tersesat dalam
kecurangan.
Sikap
guru yang bisa menyesatkan murid, seprti saat seorang guru melaksanakan ujian
harian. Biasanya guru melakukan pengawasan yang ketat, hal itu secara tidak
langsung para siswa sudah di perlakukan sebagai pihak yang tidak jujur. Orang
yang sedang dipercaya biasanya akan menjaga kepercayaan itu. Sebaliknya, orang
yang tidak dipercaya akan menyesuaikan diri dengan label yang diberikan
kepadanya.
Sikap guru
sendiri yang mencerminkan ketidakjujuran adalah ketika guru memberikan nilai
kepada murid secara tidak obyektif. Dengan berbagai alasan guru bisa melakukan
hal tersebut. Padahal itu merugikan murid dan memberi contoh kepada
murid, agar murid bersifat tidak jujur. Selain itu ketidakjujuran guru juga
diperihatkan saat UAN, banyak guru yang membantu anak didiknya waktu ujian
berlangsung. Itu secara tidak langsung memberi suatu pelajaran buruk kepada
murid.
2.3.3 Lembaga pendidikan
Lembaga
pendidikan merupakan pihak yang menjalankan pendidikan
dalam keseharian. Semua yang ada sangkut pautnya dengan proses
belajar di lakukan disini. Generasi - generasi penerus bangsa juga
di bina disini, oleh sebab
itu lembaga
pendidikan merupakan senjata terdepan untuk membangun
bangsa.
Walaupun
demikian lembaga pendidikan atau sekolah sekarang juga tak lepas dari
kecurangan dan kebohongan. Transparasi dalam pengelolaan keuangan yang tak
tertata rapi, yang menjadi lahan untuk berbuat curang banyak terjadi di
sekolah-sekolah. Kepala sekolah sendiri yang merupakan pemimpin dari sebuah
lembaga pendidikan juga tak jarang memberikan contoh yang kurang baik. Seperti yang
terjadi pada salah satu SMA yang ada di Deli Serdang Sumatra Utara, kepala
sekolah SMA tersebut dijadikan sebagai tersangka dalam kasus kecurangan UAN
bersama 16 guru. Penetapan tersebut dilakukan setelah densus 88 memergoki
mereka membetulkan jawaban siswa.8 Itu hanya satu contoh
kecurangan yang di lakukan dalam lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah.
2.3.4 Pemerintah
Kebijakan
tentang pendidikan merupakan produk dari pemerintah, pemerintahh disini
diwakili oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Kebijakan tentang
dana sekolah yang kabarnya 20 % dari APBN, kebijakan kurikulum, dan kenaikan
gaji guru semuanya keputusan dari pemerintah. Karena itu pemerintah merupakan
sentral dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Melihat
pentingnya pemerintah sudah selayaknya pemerintah di isi oleh orang-orang yang
berjiwa besar dan sosialis, tidak hanya mementingkan kepentingan pribadi atau
golongan. Namun kenyataanya tidak semua orang yang duduk di Depdiknas berjiwa
besar. Walaupun mereka juga pernah merasakan di didik dalam dunia pendidikan.
Itulah contoh nyata bahwa pendidikan pada usia dini berpengaruh terhadap
kehidupannya kelak.
Ketidakjujuran dalam
pemerintah dapat dilihat dari banyaknya kasus korupsi yang menimpa Depdiknas.
Salah satu kasusnya adalah kasus yang menimpa Depdiknas pada tahun 2008
kemarin, korupsi tersebut diperkirakan
merugikan Negara sebesar 68 miliar rupiah. Kasus tersebut terkait dengan pengadaan
program pelaksanaan ICLG, pengadaan buku-buku modul, blanko ijazah, SKHUN, dan
pengadaan SIM. 9
Sungguh
memperhatinkan melihat pejabat-pejabat di jajaran Depdiknas terlibat kasus
tersebut. padahal merekajuga merupakan contoh nyata dari hasil produk
pendidikan Indonesia.
Melihat
unsur-unsur pendidikan yang sarat dengan ketidakjujuran kita turut prihatin.
Apa dan dimana letak kesalahan dunia pendidikan Indonesia ini. Mulai
dari siswa, guru, kepala sekolah, pejabat pemerintah semuanya tak luput dari
kebohongan. Ini semua bagaikan mata rantai yang tak putus, dimulai sejak siswa
seorang sudah di bentuk watak dan karakternya. Kemudian setelah menjadi guru,
kepala sekolah, pemerintah, atau profesi yang lain semua watak tersebut ibawa.
Termasuk watak atau sikap tentang ketidakjujuran yang diterima dari proses
pendidikan yang ada.
1Sa’id
Abdul Azhim, jujur modal kebahagian dan keselamatan dunia akhirat(Jakarta:
Pustaka Azzam, 2005) 12.
2Ibid.,11.
3Drs.
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan(Surabaya: Usaha
Nasional, 1973), 27.
4Ibid.,
78.
5http://adijm.multiply.com/journal/item/298/kecurangan
UAN Keresahan Siswa dan Orang Tua.
6http://www.imamsuprayogo.com/viewd_artikel.php?pg=235.
7Prof. Dr. S. Nasution M.A., Sosiolgi
Pendidikan(Bandung: Jemmars, 1983), 155.
8http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/24/21443699/densus.88.tangkap.16.guru.dan.seorang.kepsek.
9http://www.kilasberita.com/kb-news/kilas-indonesia/6707/-korupsi-depdiknas-rugikan-negara-rp-68-m.
ruddi,desember
2009