Sunday 9 June 2013

Evaluasi Pendidikan Dalam Surat Al-Hasyr 18 dan Al-Ankabuut 2

Surah Al Hasyr ayat 18
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ  
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
·           Ma’ani Al Mufrodat
يَٰٓأَيُّهَا     : hai

ٱلَّذِينَ    : orang-orang yang

ءَامَنُوا۟   : beriman

ٱتَّقُوا۟     : bertaqwalah

ٱللَّهَ       : Allah

وَلْتَنظُرْ  : dan hendaklah memperhatikan

نَفْسٌ      : jiwa/diri/seseorang

مَّا         : apa

قَدَّمَتْ     : yang telah perbuat

لِغَدٍ        : untuk hari esok

وَٱتَّقُوا۟     : dan bertaqwalah

ٱللَّهَ         : Allah

إِنَّ         : sesungguhnya

ٱللَّهَ         : Allah

خَبِيرٌۢ      : Maha Mengetahui

بِمَا        : terhadap apa-apa

تَعْمَلُونَ   : kamu mengerjakan

Dalam tafsir jalalain, ayat tersebut di tafsirkan:
(Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok) yakni untuk menghadapi hari kiamat (dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan).[1]
Ibnu katsir berkata tentang tafsir surah al hasyr ayat18 :
أي حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وانظروا ماذا ادخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم وعرضكم على ربكم “.
Yaitu, hendaklah kalian menghitung-hitung diri kalian sebelum kalian dihisab (pada hari kiamat), dan perhatikan apa yang telah kalian persiapkan berupa amal kebaikan sebagai bekal kembali dan menghadap kepada Rabb kalian[2].
Penggalan ayat Waltanzhur nafsun maa qaddamat lighadin, “dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah ia perbuat (di masa lalu) untuk hari esok”. Dalam Tafsir at-Thabary  dijabarkan : dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah diperbuatnya untuk hari Kiamat. Apakah kebajikan yang akan menyelamatkannya, atau kejahatan yang akan menjerumuskannya?[3]
Surah Al ‘Ankabut ayat 2
||=Å¡ymr& â¨$¨Z9$# br& (#þqä.uŽøIムbr& (#þqä9qà)tƒ $¨YtB#uä öNèdur Ÿw tbqãZtFøÿムÇËÈ  
Artinya : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
·         Ma’ani Al Mufrodat
أَحَسِبَ   : apakah mengira

ٱلنَّاسُ    : manusia

أَن        : bahwa

يُتْرَكُوٓا۟   : mereka ditinggalkan/ dibiarkan

أَن        : bahwa

يَقُولُوٓا۟    : mereka mengatakan

ءَامَنَّا     : kami telah beriman

وَهُمْ      : dan/ sedang mereka

لَا         : tidak

يُفْتَنُونَ   : mereka akan di uji
Tafsir Kementrian Agama RI
Pada ayat ini, Allah bertanya kepada Manusia yang telah mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat syahadat bahwa apakah mereka akan dibiarkan begitu saja mengakui keimanan tersebut tanpa lebih dahulu di uji? Tidak, malah setiap orang beriman harus di uji terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui sampai dimanakan mereka bersabar dan tahan menerima ujian tersebut.
Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam – macam.Umpamanya perintah berhijrah (meninggalkan kampung halaman demi menyelematkan keyakinan dan iman), berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, menjalankan tugas – tugas dalam rangka taat kepada Allah, dan berbagai macam musibah seperti kehilangan anggota keluarga, dan hawa panas yang kering menyebabkan tumbuh-tumbuhan mati kekeringan.Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah diantara yang sungguh-sungguh beriman dengan ikhlas dan siapa pula yang berjiwa munafik.Juga bertujuan untuk mengetahui apakah mereka termasuk orang yang kokoh pendiriannya atau orang yang masih bimbang dan ragu sehingga iman mereka rapuh.
Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang yang mengaku beriman tidak akan tercapai hakikat iman yang sebenarnya sebelum ia menempuh berbagai macam ujian. Ujian itu bisa berupa kewajiban dalam memanfaatkan harta benda, hijrah, jihad di jalan Allah, membayar zakat kepada fakir miskin, menolong orang yang sedang mengalami kesusahan dan kesulitan, dan bisa juga beura musibah[4]
Tafsir al-Maragi
Apakah para sahabatmu yang selamat dari penganiayaan kaum musyrikin itu mengira Kami akan membiarkan mereka tanpa diberi ujian dan cobaan, hanya karena mereka mengatakan, “ kami telah beriman kepadamu dan membenarkan terhadap apa yang kamu bawa kepada kami sisi Allah.” Sekali-kali tidak! Sungguh kami akan menguji mereka dengan taklif-taklif yang menyusahkan, seperti melakukan hijrah, berjihad di jalan Allah, menolak berbagai syahwat, melaksanakan tugas-tugas ketaan, menanggung berbagai musibah yang berkenan dengan jiwa, harta serta buah-buahan, agar dapat dibedakan antara orang –orang yang ikhlas dengan orang-orang munafik, antara orang-orang yang teguh memegang agama dengan orang –orang yang masih goncang, dan kami akan membalasi masing-masing sessuai dengan tindakan amalnya.
Tafsir jalalain
(Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan) mengenai ucapan mereka yang mengatakan, ("Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi?) diuji lebih dulu dengan hal-hal yang akan menampakkan hakikat keimanan mereka. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang masuk Islam, kemudian mereka disiksa oleh orang-orang musyrik.
Hadis terkait ayat tersebut
Diriwayatkan oleh Khabbab bin al-Aratt bahwa ia berkata, “ kami mengadukan kepada Rosulullah yang dalam keadaan tidur beralaskan sorban  di sisi ka’bah, kami mengatakan (bahwa kami menderita berbagai macam siksaan berat dari kaum musyrikin). Apakah kamu tidak akan menolong kami wahai rasulullah, dengan cara engkau berdo’a untuk keselamatan kami dari siksaan tersebut? Rasulullah menjawab, “ orang – orang sebelum kamu juga mengalami seperti ini, bahkan lebih hebat lagi. Seseorang yang karena keimanannya kuat membaja kepada Allah ia di huku, digali lubang husus untuk dirinya. Diletakan gergaji diatas kepalanya.Kemudian gergaji itu diturunkan perlahan-perlahan, sehingga tubuh orang itu terbelah menjadi dua.Adapula yang tubuhnya disisir dengan sisir besi runcing yang sudah dipanaskan. Namun mereka tidak mau mundur dari keyakinan agamanya,. Demi Allah agama ini akan ku tegakan juga, sehingga amanlah musafir yang sedang berjalan dari sana’a ke hadra maut. Mereka tidak takut kecuali hanya kepada Allah, walaupun serigala-serigal mengelilingi binatang ternaknya.Tetapi kamu ingin cepat berhasil.” (HR. Bukhari)
Asbabun Nuzul
Ibnu ‘Abbas, Ibnu Jarir, Ibnu Munzir dan Syabi meriwayatkan bahwa sebagian penduduk mekah telah memilih Islam sebagai pegangan hidup. Para sahabat yang berada di madinah menulis surat bahwa kebajikan sahabat yang ada di mekah itu tidak akan diterima sehingga mereka hijrah. Para sahabat dimekahpun berhijrah, namun mereka di susul kaum musyrikin dan dibawa kembali ke mekah. Maka turunlah ayat ini kemudian para sahabat di madinah mengirim surat kembali yang menegaskan hijran dan hambatannya adalah ujian keimanan bagi mereka (H.R. Ibnu Sa’ad).
Muqatil meriwayatkan pula bahwa ayat ini dituturunkan kepada seorang sahabat yang bernama Mihja’ maula Umar Ibnu Khattab.Dialah orang yang pertama mati syahid dimedan perang Badar. Seorang anggota musuh bernama Amir bin al-Hadrami berhasil menombak Mihja dengan tombak beracun. Setelah mengetahui wafatnya Mihja sebagai suhada pertama hari itu, Rasulullah segera menyatakan bahwa pemimpin syuhada adaalh Mihja.Berita wafatnya Mihja segera di terima oleh kedua orang tuanya dengan hati sedih dan pilu, begitu pula istrinya tercinta.Untuk menghibur keluarga Mihja yang ditinggalkannya Allah menurunkan ayat diatas[5].
Relevansi Ayat Terhadap Evaluasi Pendidikan
Didalam pendidikan evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah peserta didik capai, agar sebagai seorang pendidik bisa mengetahui apa yang harus dilakukan dan metode apa yang seharusnya di berikan kepada anak didik tersebut. Karena sebagai mana ayat diatas untuk mengetahui tingkat keimanan seorang manusia apakan ia mempunyai iman yang kuat ataukah masih terombang- ambing, maka perlu ada suatu ujian yang diberikan kepada orang tersebut. Bagaima seorang murid bisa disebut cerdas atau pintar tanpa ada tes atau ujian yang diberikan.
Sudah menjadi suantullah bahwa setiap orang yang beriman belum bisa mencapai hakikat iman yang sebenarnya, kecuali setelah lulus dalam menempuh cobaan-cobaan dan ujian – ujian yang diberikan oleh Allah swt. Semakin tinggi tingkat kesabaran ketika menanggung cobaan tersebut semakin besar pula kemenangan dan ganjaran yang diperolehnya.
Namun sebelum adanya suatu evaluasi atau ujian dalam pendidikan, seorang murid harus mempersiapkan matang-matang semuanya termasuk mengenai materi yang akan di ujikan atau di evaluasikan nantinya. Jika persiapan itu matang dan di lakukan dengan benar maka ujiannya akan terasa ringan untuk dijalani atau dikerjakan dan hasilnya pun kemungkinan besar nanti pasti akan memuaskan. Sebaliknya jika persiapan itu tidak maksimal atau bahkan tidak ada persiapan kemungkinan besar pasti dalam ujian akan kesulitan dan hasilnya mengecewakan.
            Semua itu sebetulnya sama seperti hakekat surat yang pertama di atas, jika kita tidak ada persiapan di dunia ini pasti dalam  menghadapi ujian akan terasa berat. Dan parahnya lagi kita bisa salah arah untuk menghadapi ujian tersebut karena ilmu atau persiapan kita kurang dalam hal agama. Yang akhirnya penyesalan akan datang di akhirat nanti.
Bab 3
Penutup
kesimpulan
            Semua manusia pasti akan mengalami yang namanya cobaan, baik itu dalam dunia pendidikan ataupun dalam hal agama. Dan ujian itu pasti beragam, setiap orang akan berbeda-beda merasakannya. Oleh sebab itu setiap orang harus melakukan yang namanya persiapan bekal baik itu dalam hal agama ataupun dalam dunia pendidikan. Agama persiapan yang di lakukan salah satunya dengan mencari ilmu agama dan mengamalkannya, atau dengan yang lainnya. Kalau pendidikan khususnya murid persiapan yang dilakukan salah satunya dengan belajar.
            Semua itu untuk mencari yang namanya hasil yang memuaskan atau membahagiakan nantinya. Semua orang pasti akan merasakan hasil dari semua yang di jalani baik dalam agama atau pendidikan. Dan yang paling bahagia adalah manusia yang persiapannya matang maka hasilnya juga akan membahagiakan. Namun manusia yang paling celaka adalah manusia yang tidak mau mempersiakan semuanya untuk masa depan, maka hasilnya pun akan mengecewakan. Kecewa pasti datangnya di akhir, tidak mungkin di depan.

Daftar Pustaka
Aplikasi-Terjemah tafsir jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat – myface.blogspot.com
http://abusalma.wordpress.com/2009/12/18/tahun-baru-dan-muhasabah/#more-975
Musthofa, Ahmad.1993. Terjemah Tafsir Al-Maragi 20.Semarang: CV Toha Putra Semarang.
Kementerian Agama RI.2010. Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 7 Juz 19-20-21. Jakarta: Kementrian Agama RI.
wipras.wordpress.com/2012/03/22/al-hasyr-18-dan-time-management-sebuah-kajian-tafsir/





[1] Aplikasi-Terjemah tafsir jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat – myface.blogspot.com
[2]http://abusalma.wordpress.com/2009/12/18/tahun-baru-dan-muhasabah/#more-975
[3]wipras.wordpress.com/2012/03/22/al-hasyr-18-dan-time-management-sebuah-kajian-tafsir/
[4]Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 7 Juz 19-20-21. Jakarta: Kementrian Agama RI. Hlm 357-358
[5]Ahmad Musthofa al. 1993.Terjemah Tafsir Al-Maragi 20.Semarang : CV Toha Putra Semarang. Hlm 195.

No comments:

Post a Comment